Bismillah. Mau ikut menyemarakkan Milad ke 23 PKS. Saya tidak ingat kapan persisnya, tapi yang jelas sejak pemilu 2009 sudah gabung PKS. Ikut sama teman-teman mahasiswa lain yang berhimpun di salah satu pergerakan mahasiswa eksternal kampus yang kebanyakan juga anggota PKS. Waktu itu masih berstatus mahasiswa S1 di Jurusan Bahasa Inggris, Universitas Negeri Makassar (UNM). Jadi, saya termasuk yang masuk ke PKS secara tidak langsung lewat organisasi mahasiswa. Seorang mahasiswa kan didorong untuk berorganisasi ya. Biar dapat wawasan di luar bangku kuliah, teman-teman, info-info berfaedah, dan seterusnya. Sempat ikut salah satu Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang berafiliasi ke ormas Islam yang berbasis di Makassar. Juga menjadi pengurus di Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di Divisi Pengembangan Akademik. Seiring waktu, proses komparasi membuat saya menjatuhkan pilihan untuk lebih aktif di luar keduanya. Alasannya karena di organisasi mahasiswa tadi, yang kelak mengantarkan saya ke PKS, aspek pembinaan keislamannya dapat, kajian seputar isu-isu kenegaraan juga dapat. Seperti melting pot. Ada integralitas. Saya kira, banyak yang menjatuhkan pilihannya di PKS karena nilai integralitas ini.
Mulai intens di PKS nanti setelah pindah ke Sorowako, Luwu Timur awal Januari 2011. Mungkin karena jumlah kader PKS di sini lebih sedikit daripada Makassar. Jadi, begitu ada SDM baru sedapat mungkin dimanfaatkan. Oleh senior-senior diamanahkan jadi Sekretaris DPC Nuha. Waktu itu belum ada WhatsApp. Jadi, kalau undang kader untuk pertemuan pakai SMS. Biasanya saya daftar dulu paket SMS murah sebelum sebar undangan. Waktu berjalan, lama-lama jadi pengurus DPD PKS Luwu Timur sampai sekarang di Bidang Humas. Sempat jadi pengurus DPD PKS Pangkep juga sekitar 6 bulan sebelum balik ke Lutim.
Jaringan
Suatu hari, ada seorang pengurus DPD yang share info tentang Beasiswa ke Turki. Saya coba daftar. Alhamdulillah lulus. Pas ke Turki ketemu lagi dengan orang-orang PKS baik di Istanbul maupun Ankara. Dan seperti tabiat saudara mereka di Indonesia, mereka makhluk yang sangat berfaedah. Ini salah satu poin plus PKS. Jaringannya luas. Memasukkan diri ke jaringan tersebut sama saja dengan membuka banyak keran pengetahuan dan kesempatan. Anggota PKS bukan hanya di Indonesia tapi mancanegara. Teman-teman coba baca tulisan berjudul “Pasukan Pak Sukamta di Puluhan Negara” ya. Di situ, ada ulasan tentang Pusat Informasi dan Pelayanan (PIP) PKS yang hari ini sudah tersebar di 26 negara.
Inklusifitas
Tidak dipungkiri, citra PKS lebih identik dengan partai Islam, didukung oleh ummat Islam. Tapi jika kita cermati AD/ART PKS, seperti semua partai politik, tertera perihal keanggotaan yang terbuka untuk semua anak bangsa, tanpa mempersoalkan agamanya. Apalagi latar ideologi atau sekedar ormas. Di PKS ada orang NU, Muhammadiyah, dan lainnya.
Prestasi
Prestasi kader PKS alhamdulillah sudah banyak untuk Republik ini. Ambil contoh Mandalika.
Tentu ada banyak tangan yang bekerja di balik booming-nya sirkuit internasional ini. Terlepas dari pawang hujan yang tak perlu - dan itu kita bisa tracking siapa yang datangkan - Mandalika adalah sejarah tersendiri. Dan jejak PKS, lewat kadernya Dr. Zulkieflimansyah yang diamanahkan selaku Gubernur NTB kala itu, jelas terekam di sana. Kalaulah penduduk Republik ini mau berbesar hati untuk mempersilahkan lebih banyak “Bang Zul” untuk memimpin, saya rasa akan lebih banyak “Mandalika” di nusantara.
Selamat Milad ke 23 buat PKS!
~
Azwar Tahir
tak jauh dari Danau Matano, Luwu Timur
0 Komentar