![]() |
Ilustrasi binaan UPA/dok.Wahyudi |
Oleh: Yosi Prastiwi
Dear para pembimbing dan pembina kesayangan,
Assalamualaikum kakak apa kabar? Aku harap kakak membaca surat ini dalam keadaan sehat wal afiat tanpa kurang suatu apa. Alhamdulillah aku di sini baik-baik saja. Itu semua salah satunya sebab kebaikan dan doa kakak sekalian.
Kemarin saat wali kelas sekolah anakku menginfokan soal hari guru, mendadak aku ingat kalian kak. Para pembimbing dan pembina kesayangan yang mengantar dan membentukku sampai sekarang.
Tidak cuma satu-dua, tapi banyak. Kulalui hari-hari binaan dengan banyak kakak. Mulai pembimbing sampai pembina. Dari jaman halaqoh sampai era kelas.
Tidak adil rasanya jika Hari Guru Nasional hanya dirayakan pada pendidik dan pengajar di sekolah saja. Padahal ada banyak definisi guru yang luar biasa di dunia. Kalian salah satunya. Pembimbing dan pembina kelas di Unit Pengelolaan Anggota (UPA) PKS.
Aku ingat pembimbingku pertama, yang rajin mengajak ngaji di bawah pohon Manding kampus sana. Aku bukannya tergerak malah kasih syarat, "Aku mau ikut ngaji, tapi jangan dilarang pacaran ya."
Ya ampun, adik binaan macam apa aku dulu. Sungguh memalukan mengingatnya.
Aku juga ingat pembimbingku selanjutnya. Berkacamata dengan jilbab panjang menjuntai. Pernah seorang temanku diminta duduk menyelesaikan tilawah sebelum ikut duduk melingkar. Setoran tilawahnya hari itu belum satu juz. Wih, pekan besoknya sebelum berangkat kupastikan dulu ngajiku tuntas satu juz.
Ada lagi pembimbingku yang suka kegiatan outdoor. Aku yang mager serba heran kalau kegiatan selalu ketemu sosoknya yang energik. Sekali kami ngaji di rumahnya, ibu mertuanya membuatkan kami mi instan lezat. Sampai sekarang masih kuingat rasanya. Di rumah kakak satu ini juga aku berkenalan dengan suamiku. Ah, bagaimana mau lupa deg-deg serr nya nadzor ditungguin pembimbing.
Lain waktu aku punya pembimbing seorang pendidik. Sebagai mahasiswa abadi, ini tipe pembimbing ideal yang harapannya mempercepat proses kelulusanku. Darinya aku belajar soal konsekuensi. Pernah sekali berbohong, hari itu aku diminta mengisi materi ngaji. Tahu enggak materinya apa? Perawatan jenazah coba. Aduhai, kapoknya aku yang amatir.
Selanjutnya aku punya pembimbing dokter. Yang kami jadikan rujukan pertanyaan saat keluarga di rumah sakit. Sebagaimana karakter dokter pada umumnya yang dekat dengan pasien, pembimbingku ini supel. Kami semua menyukainya. Aku ingat jelang persalinan ketiga pembimbingku ini berbisik menawarkan bantuan pinjaman lunak tak berbunga.
"Nanti kalau butuh apa-apa, jangan sungkan hubungi saya ya."
Tentu saja ini sebab dua persalinan sebelumnya kulalui tanpa asisten. Pembimbingku sungguh khawatir, alasan ekonomi penyebab utamanya. Enggak sepenuhnya salah sih, tapi dulu alasan utama kami lahiran unassistent justru karena alasan idealis. Sekarang sih sudah tobat, hahaha.
Lambat-laun bermasyarakat, aku dapat pembina senior. Aktivitasnya seabrek. Aku dan teman-teman digembleng betulan. Sampai deg-degan kalau mau mengikuti kelas kakak pembina satu ini. Bersama pembina satu ini, hampir semua agenda partai aku hadiri. Awalnya sebab sungkan. Lama-lama sebab kesadaran. Eureka! Sudah lama dibina masa menyusahkan terus. Malu dong.
Alhamdulillah perjalanan kali ini, aku dapat pembina pendidik lagi. Caleg perempuan yang berdedikasi pada dunia pendidikan dan berkontribusi sosial. Kelas pekanan serupa charger energi untuk berbenah diri. Aku yang pendatang, berasa ketemu saudara lama di kelas sekarang.
Pada semua kakak pembimbing dan pembina, aku perlu angkat topi. Lantaran uluran tangan kalian semua, aku sampai di sini. Bukan satu dua kali kakak pembina tentu kecewa dengan sikapku yang menyebalkan. Kekanak-kanakan, kebanyakan alasan, dan tidak setangguh kalian.
Sebab pengorbanan kalian, aku memahami Islam lebih menyeluruh. Bukan saja urusan pemahaman ibadah dan muamalah tapi juga menyangkut hajat hidup orang banyak. Peduli pada Palestina salah satunya. Dengan segala kekurangan dan kelebihan sebagai manusia biasa, kalian adalah lingkungan positif yang mengantarkanku pada pemahaman soal tanah air dan kemerdekaan.
Itu sebabnya di Hari Guru Nasional ini aku ingin mengucapkan terimakasih pada segenap kakak pembimbing dan pembina kesayangan. Semoga Allah membalas kebaikan kalian.
Dan, hei! Terimakasih telah bertahan selama ini.
Salam hangat untuk keluarga kakak sekalian. Muslim yang bersaudara sebab ikatan akidah dimanapun berada.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Aku, binaanmu.
0 Komentar