Doktor Zul, Kepemimpinan dan Kemampuan Mengurus NTB



Catatan: Agus Talino

 

TIDAK terasa. Sebentar lagi. Tepatnya 19 September 2023. Masa jabatan Doktor Zul sebagai Gubernur NTB berakhir.

 

Waktu melesat cepat. Sepertinya baru saja Pilgub berlangsung. Sekarang sudah lima tahun. Dan Pilgub akan berlangsung lagi, 2024.

 

Selama lima tahun kepemimpinan Doktor Zul dan Ibu Rohmi sebagai Wakil Gubernur. Tidak terdengar ada konflik. Kepemimpinan mereka kompak. Kepemimpinan mereka harmonis.

 

Saya nguping-nguping di internal birokrasi. Tidak ada “bocoran”. Tidak ada informasi. Kalau keduanya pernah konflik. Dinamika boleh jadi ada. Tetapi tidak mengganggu relasi keduanya untuk saling melengkapi. Saling menguatkan.

 

Harmonisasi hubungan kepala daerah dan wakil kepala daerah itu, penting. Konflik keduanya bisa berpengaruh pada kinerja. Bisa menguras banyak energi. Bisa berpengaruh pada mesin birokrasi. Bisa berpengaruh pada pelayanan. Bisa juga memunculkan polarisasi di masyarakat. Apalagi jika keduanya, sama-sama memiliki pendukung fanatik. Konflik di “akar rumput” bisa terjadi. Dampaknya bisa besar.

 

Orang “kepo” terhadap relasi Doktor Zul dengan Ibu Rohmi pasti ada. Yang “ngintip-ngintip” ada juga. Tanda-tandanya, saya beberapa kali ditanya oleh orang yang berbeda. Tentang relasi keduanya. Termasuk pertanyaan, apakah keduanya masih berpasangan untuk periode kedua?

 

Apakah mereka akan maju sendiri-sendiri? Bahkan, ada yang sepertinya membuat kesimpulan sendiri. Keduanya sudah pecah kongsi.

 

Saya tentu tidak bisa memberi jawaban yang pasti. Yang paling tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah keduanya. Doktor Zul dan Ibu Rohmi.

 

Yang saya tahu. Sepanjang informasi yang saya peroleh. Keduanya baik-baik saja. Keduanya kompak-kompak saja. Keduanya akur-akur saja. Tetapi politik. Kita tidak tahu. Bergeraknya cepat. Dinamikanya tinggi.

 

Yang bertanya sedikit dalam. Ada juga. Pertanyaannya seperti ini: Keduanya datang dari partai yang berbeda. Masing-masing partainya mendukung dan mengusung calon Presiden yang berbeda. Partai Perindo ke Ganjar. PKS ke Anies. Apakah partainya masih tetap mengusung keduanya sebagai pasangan calon pada Pilgub, 2024? Saya kadang-kadang menjawabnya dengan senyum. Kalau terus didesak untuk menjawab. Biasanya saya jawab. Kita lihat saja nanti. Waktu yang akan menjawab. Kerena memang saya tidak punya jawaban yang pasti.

 

Politik itu dinamis. Kepastiannya setelah final. Semasih berproses. Semua kemungkinan bisa terjadi. Doktor Zul pernah bercerita tentang kematian. Ada Caleg sebuah partai. Bersemangat melakukan sosialisasi. Targetnya. Terpilih sebagai anggota legislatif. Sebelum Pemilu meninggal. Artinya, dalam hidup itu. Tidak ada yang pasti. Yang pasti itu hanya kematian.

 

Kepemimpinan Doktor Zul dan Ibu Rohmi. ZulRohmi. Dinamikanya tinggi. Ruang media sosial kadang-kadang ramai. Ada yang positif. Ada juga yang negatif menilai kepemimpinan Doktor Zul. Pada ruang interaksi. Di kolom komentar. Saya pernah melihat dan membaca Doktor Zul membuka dialog. Dan menjawab pertanyaan. Termasuk menjawab dan memberi penjelasan terhadap pertanyaan yang mengkritik dirinya.

 

Kepemimpinan dan gaya kepemimpinan Doktor Zul. Tidak jarang menjadi tema diskusi. Saya juga pernah diajak diskusi. Dan diajak bertemu oleh beberapa orang. Untuk mendiskusikan dan membicarakan kepemimpinan dan gaya kepemimpinan Doktor Zul. Katanya, ada yang ingin mendengar dan ingin tahu pendapat saya. Termasuk pandangan saya dari sudut orang media. Dan pemimpin media. Masing-masing orang punya gaya kepemimpinan. Ada plus-minusnya.

 


Lima tahun kepemimpinan Doktor Zul dan Ibu Rohmi. Ujiannya banyak. Bencana beberapa kali terjadi. Ada gempa. Ada kebakaran. Ada banjir. Ada Covid. Kerugian yang ditimbulkan tidak kecil. Ada korban jiwa juga.

 

Menjadi pemimpin. Menjadi kepala daerah dalam kondisi dan situasi normal. Mungkin gampang. Konsentrasi bisa sepenuhnya diarahkan dan diletakkan pada program yang sudah direncanakan.

 

Tetapi ketika kita dihadapkan dengan situasi yang tidak normal. Dan pengaruhnya luas. Seperti bencana alam. Apalagi Covid dengan rentang kejadiannya panjang. Itu tidak mudah. Itu tidak gampang.

 

Kadang-kadang. Ada yang tidak mau tahu. Bahwa situasi sedang tidak baik-baik saja. Yang dia mau tahu. Gubernur harus bisa menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Gubernur didesak segera menyelesaikan masalah. Gubernur didemo.

 

Apa yang dilakukan sementara orang. Meminta Gubernur segera menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Boleh jadi. Itu wajar. Pemimpin. Dalam situasi apa pun. Harus bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat.

 

Persoalannya, semua kita. Termasuk Gubernur punya limitasi. Punya keterbatasan. Sehingga tidak semua masalah bisa diselesaikan. Apalagi segera. Seperti menggosok Lampu Aladin. Masalah lenyap.

 

Anggota DPRD NTB, TGH. Mahaly Fikri dalam percakapan dengan saya di Mataram, baru-baru ini. Menyebutkan, NTB beruntung Gubernurnya Doktor Zul. Doktor Zul dinilai punya mental yang kuat menghadapi bencana yang terjadi di NTB. TGH. Mahaly Fikri membayangkan. Jika Gubernur NTB mentalnya tidak sekuat Doktor Zul. Bisa kerepotan. Bisa sulit tidur.

 

Saya tidak tahu. Apa Doktor Zul selama ini nyenyak tidurnya. Bencana yang terjadi di NTB selama kepemimpinannya beruntun. Yang saya tahu. Dan saya baca di media. Juga di akun Medsos pribadinya. Kegiatan dan agenda Doktor Zul sangat padat.

 

Seperti yang ditulis di akun Medsos pribadinya, beberapa hari lalu. Sebelum berangkat ke Kecamatan Lunyuk Sumbawa. Daerah bagian Selatan Sumbawa. Untuk meninjau dan memberi bantuan kepada masyarakat yang menjadi korban banjir di sana. Doktor Zul menghadiri acara di Mataram. Lombok Tengah dan Lombok Timur.

 

Setelah ke Lunyuk. Doktor Zul menghadiri acara di Kecamatan Empang Sumbawa. Dan malamnya masih ada acara juga di Sumbawa Besar. Ekspresinya yang tampak pada gambar di akun Medsosnya. Ceria. Tak terlihat capek dan kelelahan. Dan ada video yang saya terima. Saya dikirimi seorang kawan. Doktor Zul menyanyi diiringi band di Sumbawa.

 

Kelebihan Doktor Zul. Saya melihat dia punya energi yang cukup untuk “menampung” beban. Termasuk menghadapi “goncangan” bencana yang beruntun terjadi di NTB. Langkahnya juga panjang untuk menjangkau sudut-sudut NTB yang tidak kecil. Apalagi tidak semua sudut di NTB mudah didatangi. Jika energi kita terbatas.

 

Doktor Zul bisa datang pada beberapa titik setiap hari. Bukan satu tempat satu hari dikunjungi. Beberapa tempat.

 

Masyarakat kita tidak saja butuh pemimpin yang datang dengan pikiran-pikiran besar saja. Tetapi masyarakat butuh juga pemimpin yang bisa dijangkau. Sering mendatanginya. Sering menyapanya. Apalagi ketika bencana terjadi. Pemimpinnya ada di samping mereka. Doktor Zul tampaknya memiliki kedua-duanya. Gagasan dan langkah yang panjang. Siapa pun yang berkeinginan bertarung pada Pilgub nanti. Harus memiliki kemampuan dan energi melampaui kemampuan dan energi yang dimiliki Doktor Zul. Kalau tidak. Mungkin perlu berhitung lebih cermat. ***


Sebelumnya dimuat di: suarantb.com

Posting Komentar

0 Komentar