Survei Litbang Kompas Selalu Meleset dengan Hasil Suara PKS, Kenapa ya?



oleh: Muhammad Iqbal, Ph.D

Juru Bicara PKS


Rabu 25 Mei 2023, Litbang Kompas merilis hasil survei yang menyebutkan beberapa partai tidak lolos ambang batas parlemen, termasuk PKS yang saat ini popularitasnya semakin baik sebagai partai yang berada di luar pemerintahan.


Pada survei Litbang Kompas yang dilakukan bulan Mei 2023, PKS diprediksi hanya memperoleh angka 3,8 persen dan diprediksi tidak lolos Parliamentary Threshold (PT) atau ambang batas parlemen, angka ini tentu saja mengejutkan dan diluar nalar, karena rata-rata lembaga survei yang melakukan survei di waktu yang berdekatan atau hampir bersamaan memberi angka rat-rata 6-7 persen, seperi LSI dan Chartapolitica


Pertanyaannya kok bisa Litbang Kompas menampilkan angka prediksi jauh dibawah lembaga survei lainnya? Apakah ada kesalahan metodologi? Karena di dua kali pemilu sebelumnya, survei Litbang Kompas terhadap PKS jauh dari kenyataan dan Litbang Kompas gagal memprediksi perolehan suara PKS berbanding partai-partai lainnya.


Pada saat menjelang pemilu tahun 2014, Litbang Kompas melakukan survei dan memprediksi PKS hanya memperoleh 3,3 persen, namun faktanya pada pemilu 2014 PKS memperoleh suara 6,79 persen, demikian juga pada pemilu 2019, Litbang Kompas merilis survei sebelum pemilu, bahwa PKS diprediksi memperoleh 4,5 persen dan faktanya pada pemilu legislatif 2019 perolehan suara PKS 8,21 persen.


Artinya dalam dua kali pemilu, Litbang Kompas gagal memprediksi perolehan suara PKS dan setiap prediksi hasil survei PKS akan mengalami kenaikan suara kurang lebih 100 persen.


Ini tentu saja mengusik pertanyaan publik tentang kredibilitas sebuah lembaga, yang prediksi dan risetnya jauh dari hasil, walaupun survei itu hanyalah sebuah prediksi, ya jangan jauh-jauh amatlah melesetnya, karena Litbang Kompas adalah sebuah lembaga independen yang memiliki reputasi baik di hadapan masyarakat.


Padahal dalam catatan PKS, rilis survei yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga survey PKS dalam waktu yang berdekatan dengan survei litbang kompas, dimana PKS memperoleh angka yang signifikan, seperti LSI (7,6 persen), LSN (7,4 persen) Charta Politica (7,2 persen) Polstat (6,8 persen) dan banyak lagi lembaga survei yang merilis hasil temuannya, termasuk survei internal PKS yang menunjukan angka jauh diatas lembaga survei lainnya.


Perbedaan yang mencolok dan signifikan ini tentu saja menjadi tanda tanya, kenapa begitu jauh hasilnya? Apakah ada masalah dalam pengumpulan data, apakah ada masalah dengan panel survei yang berulang? input data, analisis data, kesalahan responden atau masalah petugas surveyor lapangan, karena dua kali kegagalan Litbang Kompas memprediksi suara PKS, tentunya menjadi tanda tanya bagi PKS, karena memframing PKS tidak lolos ET adalah sebuah propaganda yang menyesatkan dan mengejutkan banyak pihak, karena dalam setiap survei ada angka margin error yang tentu saja sangat mungkin berubah.


Bagi Litbang Kompas dan PKS ini adalah pertaruhan kredibilitas sebuah lembaga,  apakah Litbang Kompas yang tidak profesional atau PKS yang memang lemah? Atau memang pemilih PKS yang sulit diprediksi? sebagai contoh hasil pemilu kepala daerah di Jawa Barat tahun 2018, dimana ketika itu hampir semua lembaga survey memprediksi bahwa pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu hanya memperoleh angka dibawah 10 persen dan faktanya meraih 28 persen, artinya militansi kader, pendukung PKS akan berjuang sampai akhir dan itu sesuatu yang sangat mungkin terjadi pada pemilu 2024.


Bagi PKS, survei Litbang Kompas yang menempatkan PKS tidak lolos parliementary Treshold ibarat membangunkan pengurus, caleg, kader  dan simpatisan yang “tertidur”. Keluarga besar PKS akan bertambah semangat untuk berjuang memperoleh kemenangan. Wallahu’alam


www.muhammadiqbalphd.com

Posting Komentar

0 Komentar