Merengkuh Makna dari Latansa

Oleh: AMP


LATANSA (Pelatihan Perempuan Siaga)

Seribu lebih emak-emak dari berbagai penjuru Yogyakarta berkumpul seharian menikmati pantai, tertawa tanpa beban, dan makan bersama. 

Orang mungkin memandang ‘Ah mereka, para perempuan PKS itu, kan sudah mapan hidupnya.  Anak-anaknya sudah ada yang momong. Jadi bisa bebas berkegiatan. Tanpa perlu mengkhawatirkan di rumah siapa yang mengurus dan sebagainya.’ 


Padahal banyak yang tidak tahu,

ada emak-emak yang harus bersiap dari tengah malam menyiapkan makanan untuk anak-anaknya. Bersih-bersih. Agar rumah ditinggal dalam kondisi aman. 


Ada emak-emak yang harus menghemat uang belanjanya untuk membayar biaya yang ternyata tidak bisa  ditanggung sepenuhnya oleh panitia.


Ada emak-emak yang harus membangun komunikasi dengan suaminya. Jauh berhari-hari sebelumnya agar bersedia sejenak berganti peran mendampingi anak-anak.


Ada emak-emak yang harus menyiapkan barang dagangannya, bisnis di rumahnya, dan setumpuk kewajiban lain agar bisa tetap  lancar ketika ditinggal. 


Ketika di Latansa, semua beban itu sejenak dilupakan. Emak-emak tersebut harus menaikkan kapasitas karena nanti, di kemudian hari, dia harus berperan lebih. Tidak hanya mengurus diri dan keluarganya. Lebih dari itu, melayani rakyat.  Sebagai kader PKS yang senantiasa melayani masyarakat. 


Di balik itu pula, dia dipaksa untuk latihan senantiasa bersyukur. Dalam satu kesadaran.

Rezeki itu bukan apa yg kita punya. Bukan apa yang kita beli. Bukan apa yang kita pegang.


Ada yang sudah menyiapkan bekal lengkap dengan lauk lezat ayam bakar ternyata di sana dapatnya nasi uduk saja. Ada yang sudah  menyiapkan ikan bakar, ternyata dapatnya nasi bakar. Semua itu, karena bisa jadi kelak, ketika dia melayani masyarakat, dia harus sabar. Sudah memberikan hal terbaik. Harta terbaik. Cinta terbaik. Tanpa balasan apapun yang didapat. Bahkan bisa jadi ucapan terima kasih pun tak ada.


Baginya itu seni memberi.

Dia sudah belajar semua itu di latansa. Memberi dan terus memberi. Tanpa berharap balasan atau sekedar meminta balasan.


Ah indahnya Latansa...

Tentang pahitnya pun terasa nikmat saja.



Posting Komentar

0 Komentar