Di Antara Mereka yang Telah Pergi



Di antara mereka yang telah pergi, ada ahli tafsir, pengasuh Pondok Pesantren Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah (YAPIDH), Bekasi juga dosen di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Menyelesaikan studi S1 hingga S3 di Arab Saudi, dengan spesialisasi Ulumul Qur’an. Tesis (Al Hijrah fil Quran) dan disertasi (Al-Hayah fil Quran) beliau, telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Murabbi yang kerap menggunakan sapaan “Ya Ibaadallah”, wafat seusai menjadi imam shalat subuh. April 2020, K.H. Ahzami Samiun Jazuli dipanggil Allah.
Di antara mereka yang telah pergi, ada ayah dari 10 anak penghafal Al Qur’an. Sosok yang oleh kolega beliau di DPR dikenang dengan penolakan kerasnya terhadap privatisasi sumber daya air berikut berbagai upaya persuasi dan lobi World Bank. Tipikal politisi yang berdiri di atas prinsip kokoh karenanya kawan maupun lawan menaruh hormat. Pernah beliau berujar, "Jika saya memimpin saya akan pasang layar monitor di depan meja kerja saya agar bisa segera memutuskan kebijakan. Negara indonesia ini harusnya dipimpin setengah otoriter karena harus ada ketegasan," Mei 2020, Ustadz Mutammimul Ula dipanggil Allah.

Di antara mereka yang telah pergi, ada muassis Jamaah Tarbiyah, kelak bermetamorfosa menjadi Partai Keadilan, kini Partai Keadilan Sejahtera. Alumni Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur serta Fakultas Syariah, Universitas Islam Madinah, Arab Saudi. Oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, K.H. Haedar Nashir, dikenang sebagai figur yang teguh dalam perjuangan politik Islam Indonesia pasca Reformasi. Di samping itu, masih menurut Kyai Haedar, beliau adalah pribadi yang rendah hati, open-minded serta selalu menjaga spirit persaudaraan. KH. Wildan Hakim, putra allahyarham, menuturkan salah satu kisah beliau kala dipenjara - tanpa proses hukum yang jelas - kurang lebih 3 tahun di awal tahun 80-an bersama sekitar 60 dua’t lainnya. Berikut petikannya:

“Abah berkisah bahwa siksaan di penjara yang terberat adalah ketika abah dimasukan ke dalam sel yang luasnya cukup hanya untuk berdiri saja, gelap, sempit dan pengap, tidur berdiri, makan minum pun berdiri, bahkan shalat pun berdiri mematung dengan lantunan senyap tilawah & isyarat. Setiap hari ada air yang sengaja diteteskan dari atap sel tepat diatas ubun-ubun serasa begitu tajam menusuk. Dan ini berlangsung sekitar 6 bulanan.

Setiap hari sekitar satu jam keluar sel, untuk buang hajat, berlari pagi dengan dikejar anjing herder, dan berbagai siksaan fisik yang beragam dan berbeda tiap harinya. Seringkali ketika dalam kondisi lelah pistol revolver pun ditodongkan ke kepala dan “mereka” bermain & bertaruh ala “russian roulette”. Tidak sedikit teman abah yang tergeletak syahid”.

Terkadang abah didudukkan diikat di atas meja dan kursi. Dan kemudian tendangan ala “tendangan tanpa bayangan wong fei hung pun menerbangkan abah & kursinya yang hancur patah-patah. Seringkali abah diperintahkan untuk berjalan dengan dengkul di atas kerikil dan pasir besi seukuran kacang hijau yang sebelumnya sepertinya dipanaskan terlebih dahulu.

Atau juga kadang diikat menggantung dan dipukuli bak sansak hidup. Kemudian didudukan di sebuah kursi untuk “disundutan rokok menyala dan pensil pun pernah dipukulkan ke telinga abah (itu kenapa pendengaran abah agak kurang).
Abah pun memasrahkan diri sembari terus berdzikir “hasbunallahu wa ni’maal wakiil ni’mal maulaa wa ni’man nashier”.... Memurojaah hafalan dan wirid-wirid ma’tsuuraat dan lainnya. 6 bulan kemudian setelahnya pindah sel yang lebih luas tapi masih diborgol, tapi aneka siksaan mulai berkurang. Dan nikmat terbesar adalah ketika sudah bisa shalat seperti biasanya dan menyentuh mushaf.”

Pun demikian, pasca reformasi tak sedikitpun dendam ia lontarkan kepada pemerintah orde baru. Juni 2020, K.H. Hilmi Aminuddin dipanggil Allah.

Di antara mereka yang telah pergi, ada Bupati Berau. 11 bulan jasad beliau telah dimakamkan. Namun, subhanallah, jenazahnya tetap utuh, dalam kondisi bagus, serta tidak tercium bau aneh dan menyengat seperti umumnya jenazah yang sudah lama terkubur. September 2020, Ustadz H. Muharram S.Pd. MM dipanggil Allah.

Di antara mereka yang telah pergi, ada Sekretaris Majelis Syuro PKS. Pribadi sederhana yang rela memungut kerupuk yang sudah ditaruh di tempat makanan sisa untuk tidak mengatakan “sampah” dengan alasan mubadzir. Demikian kesaksian Ustadz Cahyadi Takariawan. Dalam penggalan cerita lain, beliau tampak bersendal jepit, berdiri bergelantungan di KRL Kelas Ekonomi sambil membaca koran. Menolak untuk duduk dan memilih mempersilahkan orang tua dan perempuan. Saat itu beliau merupakan anggota dewan dari Fraksi PKS. April 2021, Ustadz Untung Wahono dipanggil Allah.

Di antara mereka yang telah pergi, ada pakar ushul fiqih yang juga murid Syaikh Sayyid Sabiq. Ulama tawadhu, alim yang rajin membaca dan berdiskusi. Dan dengan segala kedalaman ilmu pengetahunnya, tidak sungkan bertanya via japri atau telepon perihal agama maupun umum. Mujahid dakwah yang kerap berpesan “Ada dan tidak ada antum dakwah ini pasti akan menang! Dakwah gak butuh kita, tapi kita yang butuh kepada dakwah.” Juli 2021, Dr. Taufiqul Azhar Hulaimiy, MA., M.Ed. dipanggil Allah.

Di antara mereka yang telah pergi, ada Wali Kota Bandung. Sosok yang lekat dengan senyuman. Pribadi yang memiliki amalan rahasia memaafkan dan mendoakan orang lain sebelum tidur. Menurut Ummi Siti, sang istri, biasanya jika telah merampungkan amalan rahasia ini, beliau tertidur pulas dan sebaliknya jika lupa melakukannya, tampak gelisah. Pejabat yang menangis memohon pada warga agar tak menuntutnya kelak di akhirat. Di tengah padatnya agenda kedinasan, malam harinya hingga subuh allahyarham tetap hadir untuk ber’itikaf. Usai tunaikan shalat tahiyatul masjid, menjelang menyampaikan khutbah, Desember 2021, Ustadz H. Oded Mohamad Danial, S.A.P. (Mang Oded) dipanggil Allah.

Di antara mereka, kader - kader PKS, yang telah pergi, ada keteladanan, kerendahan hati, keberkahan. Dari mereka, kader - kader PKS yang telah pergi, ada warisan estafet perjuangan kepada mereka yang masih mengantri giliran dipanggil Allah.
~
Azwar Tahir
Relawan Literasi PKS Luwu Timur

Posting Komentar

0 Komentar