PERMEN yang Itu Beracun Mas Bro



Mau seperti apalagi sih untuk menguraikan analisa kita tentang aksi tipu-tipu nya zina. 


Zina adalah perbuatan yang dimana semua agama mengutuk, sekali lagi dan ribuan kali lagi, kenapa agama yang jadi sandaran untuk mendeskreditkan zina, sebab bangsa ini gagah karena nilai nilai religiusnya. Tatanan yang harmoni, warisan para pemuka bangsa menjadi awet mulianya sebab dibingkai oleh nilai agama.


Ya, kalau untuk memaksa menuntaskan sepak terjang syahwat hewani di negeri  yang begitu elok ini, jangan disalahkan dong kalau ada aksi penolakan dan pengecaman dari skala yang bertingkat tingkat.


Apalagi jika pelegalan zina ini di akal-akalin agar bisa disisipkan dalam kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh tangan-tangan yang tidak punya perasaan. Dengan dalih dan intrik yang kali aja kalo masyarakat senyap bisa lolos. 


_Ups, deh!!_ Nggak suka sih bicara pedes , tapi kalau semua yang ok sama ok, sepakat-sepakatan, deal-dealan untuk transaksi seks di bumi sabang sampai merauke ini, dijadikan alasan aman untuk berzina-zinaan.


Mau berapa banyak pabrik yang harus produksi obat HIV Aids, mau berapa banyak klinik aborsi yang akan menjamur, mau berapa kubik air mata orangtua menangisi anaknya yang tidak bisa dikendalikan, suami yang meninggalkan istri, istri yang njungkirin suami (sambil tepok zidat). Perselingkuhan bertumbuh, kenyamanan ketenangan hilang entah kemana.


Lalu kalau begitu untuk apa capek-capek ngabisin rupiah untuk menerbitkan, sosialisasi peraturan-peraturan kekokohan rumah tangga yang berpasal-pasal, tentang kemuliaan tujuan pendidikan dan konstitusi bangsa kita yang tegas berwibawa. Kalau kebijakan yang dibuat oleh penumpang gelap kebijakan ini pakai pandangan asing.


Kalimat yang dipakai dalam membuat kebijakan seolah terbaca, terlihat, ataupun terdengar manis, seperti gula-gula. Kenyataannya, bahan utamanya gula-gula itu beracun, boleh dibaca permen beracun. 


Capeeee deh!!


Sadar atau tidak, terasa polarisasi ideologis yang semakin meruncing. Kalo seperti ini rasanya, enaknya pemanasan dulu dengan emak-emak berdaster, untuk latihan vokal dijalan. Bukankah suara emak-emak ini lebih mpriiiit dari pripitan petugas parkir. The Power of Emak's Sound, mirip judul film kan jadinya. 


Pokokek ini mah bener bener ultima ya gaess, zina kok disupport.


Lalu, Enigma apa ini ya?

Ya sudahlah jangan sampe deadlock membuncah-buncah kegalauan massa aja. Kalo ini maksudnya mau maksain worldview kebebasan seks bangsa asing. Ehh.. kamu kebablasan. 


Indonesia itu natur banget, Mas Bro. Nggak cucok dong. Ngggak pas gitu seperti saat kita ngedengerin ada yang ngomong  "sudah bechek nggak ada ojchek" dengan aksen yang lidahnya keserimpet. Gimana gitu kan dengernya..


Sulit diterima Tuan! 


Baiklah, sebelum petaka diturunkan oleh Sang Maha Esa, nanti kang mas akan menepuk air dikobokan, terpercik zidat, muka, kepala, pundak, lutut, kaki sendiri. 


Please!! Kalau tulisan ini dinilai kurang santuy, manuscriptnya bergelombang, kek perasaan akhir bulan pas liat dompet sletingan tinggal receh untuk kerikan, enteng nggak berisi.


Tapi saya kira untuk memahami tipu-tipumu, tidak perlu sinaps-sinaps otakku, kerlap-kerlip semua.

---


Heni Nurmaini

Ketua BPKK DPW PKS Lampung

Posting Komentar

0 Komentar