"Kubu Anti PKI" Kok Dicap Politisasi, Salahnya Dimana?



Malang betul jadi politisi, apa-apa yang keluar dari mulut dan postingannya, dituduh sebagai bagian dari politisasi. Ya namanya juga seorang politikus mas, dia lagi minum kopi lagi sarungan pun bisa dikemas jadi media yang bisa dikapitalisasi untuk kepentingan citra politik.


Kadang kerisihan kita terhadap ulah politisi juga berlebihan. Dia ngomong apapun dianggap sebagai framing (walaupun sering iya sih😅), padahal boleh jadi itu lahir dari penalarannya sebagai insan yang berpikir. 


Termasuk soal isu PKI, banyak berseliweran di media sosial statemen soal politisasi isu PKI. Terkesan isu PKI ini mainan nya para elit yang dipertontonkan oleh politisi-politisi yang meraup keuntungan dari jualan isu ini. 


Lebih lanjut, tuduhan ini disematkan ke oposisi. Argumennya cukup jelas, isu PKI dimainkan oleh oposisi untuk memberikan stigma seolah PKI bersemayam dalam rezim hari ini. Jadi banyak pihak menganggap oposisi sangat diuntungkan dalam permainan isu PKI ini. 


Ah, sayapun jadi tersedak usai minum kopi pagi tadi saat membaca postingan-postingan netizen tersebut. Mau ditanggapi takut salah, tidak ditanggapi bedo, jadi ya dicelotehin saja  lagi 😁. 


Saya okus sama kontennya saja. Peringatan G 30/S PKI adalah bagian dari merawat ingatan anak bangsa dari keberadaan PKI yang pernah menjadi masalah di Negara kita. Peringatannya seperti apa? Itu hanya soal cara. Mau nonton bareng oke, mau lebih ilmiah dengan seminar juga tak masalah. Suka-suka saja. 


Kembali soal politisi, karena isu PKI ini adalah isu besar, maka sayang kalau dilewatkan oleh politisi. Sah-sah saja, toh ini juga mandat dari TAP MPRS tahun 1966 yang mengharamkan PKI di Indonesia. Kecuali yang jadi masalah kalau mereka mendukung ideologi PKI, kualat mereka nanti.


Jadi, mau dipolitisasi ataupun tidak, biarkan saja. Selagi tidak ada hukum dan norma yang dilanggar sebagai standar yang kita punya dalam menghakimi perilaku seseorang yang diakui Negara. Masalah etis atau tidak, sulit mencari standar untuk itu? Hingga berbusa-busa pun kita memekik di lautan lepas tak ketemu jua. 


Saya yakin, apa yang dilakukan para politisi yang setiap bulan September selalu menggaungkan bahaya laten PKI adalah karena kecintaan mereka kepada negeri ini. Mereka tidak mau tragedi yang sama kembali terulang. Tidak ingin ada lagi kejadian ulama, santri dan tokoh agama jadi korban, tidak ingin ada lagi kitab-kitab suci agama dirobek-robek, tidak ingin ada lagi tentara atau abdi negara yang anti komunis jadi tumbal keganasan PKI.



***


Minangkabau, 30 September 2021

Rio Friyadi

Posting Komentar

0 Komentar