Tidak ada gebyar manasik yang
mendahuluinya, tidak ada walimatus safar yang mengantarnya, melewatkan riuhnya
berkumpul di embarkasi, melewatkan jam-jam akhir penantian yang penuh
kekhawatiran
Tidak ada kesibukan kloter dalam
penerbangan 9 jam, saling jaga, saling dukung, saling bantu, diujung sana ada
yang belum bisa memakai sabuk pengaman, di sebelah sini bingung membuka toilet,
ditengah situ ada yang mabuk perjalanan
Haji di Kala Pandemi itu Tidak Enak
Sesampainya di tanah suci, Tidak
ada kebingungan di pemondokan, tidak ada yang minta diajarin cara naik lift,
tidak ada ribut ribut soal kamar, tidak ada kesibukan pembagian makan, dan
tidak ada obat batuk haji.
Tidak ada keseruan tawaf kudum
dengan rombongan besar KBIH, tidak ada tawaf sunnah sesuka hati kapanpun di
lantai manapun, tidak bisa memuaskan diri tawaf di rooftop di pagi cerah usai
dhuha, langsung dibawah sinar mentari. Tidak menemukan padatnya Lorong Lorong
sai, dan diusir ketika terlalu lama berdiam di Safa atau Marwah.
Haji di Kala Pandemi itu Tidak
Enak
Tiada kepayahan di Arafah, tidak
ada badai, tidak ada lalu Lalang antri kamar mandi, tidak ada bolak balik
mengisi air dan es batu kipas angin, dan saat matahari mulai kehilangan
sinarnya tidak ada kesyahduan meninggalkan arafah yang mulia, sembari
bersicepat dengan jadwal pemberangkatan ke mudzdhalifah
Haji di kala pandemi itu sungguh
tidak nikmat. Tidak bisa mengalami pemandangan hamparan manusia di sebuah
padang luas tak beratap di mudzdhalifah, hanya ditingkahi temaram lampu, yang,
tak berselang lama harus jalan lagi ke mina
Haji di kala pandemi itu tidak
enak, Tidak mengalami bersisedak perjalanan menuju lempar jumrah, bingung, dan
tersesat. Tidak mendengar teriakan teriakan para asykar “yalla hajj” yang kira
kira menyuruh cepat bergerak. Tidak mengelami betapa rangkaian perjalanan
Arafah Mudzdhalifah, dan bolak balik nafar tsani, tidak lagi berefek pada
lelahnya otot otot kaki
Haji di kala pandemi itu sungguh
tidaklah enak, tidak ada kepadatan menjaga arbain di masid mulia Sang Nabi, Masjid
Nabawi kota suci Madinah. Tidak mengalami antrian padat jiarah makam baginda
dengan shalawat yang tak putus dari ujung pintu
ke ujung pintu, dan ditingkahi derai airmata, tidak ada.
Dan, yang paling tidak enak
adalah, bahwa semua tulisan di atas hanyalah bentuk iri dari apa yang kami
saksikan kemarin-kemarin, foto dan video dari mereka yang sungguh teramat
beruntung, yang mendapat kemuliaan berkesempatan berhaji di waktu yang sulit
ini, di waktu yang serba tidak mungkin ini.
Teriring doa untuk kalian wahai
tamu Allah yang mulia, dari kami yang menyaksikanmu dengan berkaca kaca, labaik
Allahumma labaik.
Bandung, 19 Juli 2021
Aki Awan
0 Komentar