Saat Hati Anak-anak Senyap, Kemana Ayah Mereka?

Foto ilustrasi: Google


Suara azan subuh ditingkahi suara anak-anak yang bercanda. Deru angin pagi dikalahkan oleh suara bocah-bocah yang berlari dan berkejaran di gang rumah-rumah penduduk. Sesekali diiringi bunyi letusan petasan, disusul suara tawa dan teriakan lantang tanda kepuasan. Petasan telah berhasil dinyalakan.


Kegiatan itu seolah telah menjadi tradisi dan sebuah rutinitas selama Ramadhan. Mereka tidak tahu dan tak mengerti  bahwa apa yang dilakukan sangat mengganggu dan tidak tepat waktu.  


Anak-anak memang cenderung memilih kesenangan untuk bermain, namun tak adil juga jika hanya menyalahkan mereka, karena para bocah yang asik bermain dan mengganggu di waktu subuh itu sejatinya tengah kehilangan haknya. Telinga dan hati mereka saat itu senyap. Mungkin saja tak mendapat nasehat  dan bimbingan dari orang tuanya. 


Pembiaran berkeliaran di pagi buta itu secara halus telah merampas kesempatan mereka untuk meraih kebaikan. Kalau saja bermain tidak mengganggu dan dilakukan setelah shalat subuh mungkin tak begitu masalah.


Saat ini orangtuanya di mana dan sedang apa? ataukah mereka mengira anak-anaknya tengah berada di masjid?


Andai para ayah mereka menggenggam jemari anak-anak itu, lalu menggandengnya dan melangkah bersama ke masjid.  Ibu mereka bersujud dan mendoakan dari rumah. Sungguh waktu subuh yang indah dan penuh rahmat.


Ummu Izzi

Bekasi,9 Mei 2021

Posting Komentar

0 Komentar