Adaptasi UMKM Bangkit

Anggota Komisi IV DPRD Lebak, Dian Wahyudi.

Berinteraksi bersama para pelaku UMKM, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dengan beragam pelaku bisnis di Kabupaten Lebak (sebelum merebaknya pandemi covid-19), sangat bermanfaat bagi saya. Saya belajar banyak hal, sharing dan diskusi, cukup ikut merasakan perjalanan suka dan duka mereka, dari mulai memunculkan ide jenis usaha, pencarian bahan baku, kemasan, pemasaran sampai perizinan.

Apalagi jika bahan baku tiba-tiba langka, sementara permintaan cukup banyak, keluhan kemasan yang seadanya, sampai pemasaran yang tiba-tiba lesu. Serta ikut bahagia, disaat pejualan mereka cukup laris di serap pasar. Melihat raut muka mereka yang sumringah, jadi ikut pula merasakan aura optimis dalam usaha.

Beragam jenis usaha mereka, dari mulai bisnis kopi lokal Lebak, usaha keripik berbahan dasar singkong dan atau pisang, keripik tempe, bisnis pisang sale, usaha emping dan kaceprek melinjo atau keripik kulit melinjo-nya yang sudah turun temurun, ada pula yang bisnis gula semut atau gula beureum (gula aren merah) dengan varian olahan lainnya, bisnis madu trigona SP alias teuweul atau madu odeng lokal, bertani palawija yang kemudian dikemas apik, kerajinan tangan dari bambu, usaha Abon ikan sampai stick sukun, bisnis olehan jahe, serta rupa-rupa usaha lain.

Ada pula yang bisnisnya sudah gonta-ganti mengikuti bahan baku, akibat kemahalan harga bahan yang terus naik, sementara pemasaran mulai lesu, di sisi lain kebutuhan ekonomi keluarga harus terus ngebul, istilahnya, jeung jajan pikeun anak mah kudu aya bae (dan jajan buat anak harus ada terus).

Alhamdulillah, tempat usaha UMKM yang pernah saya datangi, walaupun malah kebanyakan baru saya kenal dan baru bertemu, setidaknya selalu saya buatkan profil, cerita sukses, suka dan duka mereka di berbagai media cetak dan online lokal di Banten. Ke depan saya terobsesi untuk membukukan profil para pelaku UMKM tersebut, sebagai katalog jenis usaha, atau dapat menjadi cerminan bagaimana perjuangan pelaku UMKM di Lebak. Bagi saya itu sudah merupakan bentuk dukungan untuk mereka.

Secara teknis saya tidak atau belum dapat berbuat banyak untuk mereka, setidaknya saya ada bersama mereka. Dan Alhamdulillah, berkat pertemuan tersebut, pelaku UMKM yang tersebar di hampir semua kecamatan di kabupaten Lebak, saya masih terus berinteraksi intens dengan mereka, walau hanya sebatas menggunakan media sosial aplikasi whatsApp, Instagram atau Facebook, untuk sekedar menanyakan kabar usahanya. Sekali lagi, ikut prihatin (disaat pandemi ini), jika ada diantara mereka yang usahanya sudah mulai keteteran dalam hal pemasaran. Dan kembali ikut bahagia disaat mereka menyampaikan kabar bahagia, jika omset penjualan mereka terus naik.

Menurut mereka, setelah kondisi cukup banyak berubah, paska pandemi covid-19 ini, yang penting survive saja sudah uyuhan (sudah bagus). Ceuk si Badak Hadi Muntoha tea mah, sahabat saya, salah seorang pelaku usaha stick sukun, jam sabaraha geh mun rek meuli jeung piduiteun mah dilayanan bae (jam berapa saja, kalau mau beli dan mendatangkan uang, ya dilayani saja), rek jam 01.30 tah (mau jam 01.30 dini hari kek). Keren, ngan ulah kitu-kitu teuing atuh (tapi, jangan sampai segitunya kali ya). Alasannya karena ieumah urusan senior dan junior di organisasi kemahasiswaan ceunah. Oke-lah kakak…

Memang, di masa pandemi covid-19 ini, kondisi para pelaku UMKM ini, semakin mulai merasakan imbasnya, utamanya dari sisi pemasaran. Ada yang meminta di borong dagangannya, karena sudah dua bulan belum bisa bayar cicilan rumah BTN-nya, ada yang minta tolong dicarikan pekerjaan saja, karena usahanya sudah mulai kritis, setidaknya ada pemasukan bulanan menurutnya, sambil terus menunggu situasi berubah. Bahkan mungkin sudah ada pula yang gulung tikar alias bangkrut. Duh….

BLT atau Banpres Produktif, yang merupakan bantuan yang diberikan pada para pelaku UMKM di Indonesia, yang besarannya Rp 2,4 juta dan diberikan dalam sekali pencairan, belum begitu dapat merubah keadaan. Itu juga, saya tidak tahu apakah merata atau tidak di dapatkan oleh mereka.

Untuk yang kreatif, adapula yang sudah mulai berjualan online, mulai belajar copywriting bahkan hypno selling agar terus closing bertubi-tubi (meminjam istilah bang Dewa raja selling). Serta mencari platform media online yang pas agar terus survive dari sisi pemasaran.

Termasuk saya, saya mulai belajar pula teknik pemasaran online ini bersama para pelaku usaha yang secara sistem sudah stabil. Mungkin agak terlambat, tapi setidaknya, sedikit demi sedikit, walau belum menunjukan hasil yang memuaskan secara finansial, namun saya mulai cukup belajar bagaimana teknis serta berbagai pola penjualan online, disela-sela aktifitas. Cukup jelimet dan perlu usaha keras untuk menyerap berbagai ilmu tersebut. Semoga ke depan ilmu ini dapat digunakan juga oleh teman-teman pelaku UMKM di Lebak.

Ditambah, kita perlu juga passion. Menurut Asni Harismi, passion merupakan kecenderungan atau keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu yang ia suka atau dianggap penting untuk dilakukan. Dalam bahasa yang lebih sederhana, berarti kondisi ketika motivasi kuat bertemu dengan emosi yang sama kuatnya. Sehingga dapat menjadi bahan bakar, bergairah, untuk memulai sebuah usaha. Gairah membuat tak mudah menyerah, menghasilkan lebih banyak energi dan stamina lebih produktif. Memotivasi ketika ada hambatan dan terus berusaha ketika kegagalan datang. Bekerja atau menjalankan bisnis sesuai passion akan memunculkan ide-ide dan strategi baru, dalam mencapai tujuan.

Professor Robert Vallerand, bahkan menyebut bahwa passion adalah percikan yang membuat kehidupan masih layak diperjuangkan. Dengan passion, kita tidak akan mudah menyerah serta akan mencari berbagai cara untuk mengatasi rintangan yang menghalangi tersebut. Inilah yang mendasari seseorang terus mau berkorban demi passion yang ia miliki, baik itu untuk menyenangkan diri sendiri maupun demi menghidupi orang lain. Orang yang bekerja dengan passion dan sukses, biasanya memiliki jargon ; ‘jadikan passion Anda sebagai pekerjaan, maka Anda tidak perlu bekerja selamanya’. Meski hal tersebut ada benarnya, namun banyak faktor yang berperan dalam karier yang cemerlang, utamanya kerja keras.

Pendapat saya ini mungkin bisa jadi salah, setidaknya usaha untuk bangkit di masa pandemi covid-19 ini, pelaku UMKM harus mulai terus beradaptasi dengan segala perubahan sistem pemasaran produk, mencari bentuk yang sesuai harus terus diakukan, jangan sampai terlambat atau terseok-seok.

Ditambah organisasi perangkat daerah (OPD) alias Dinas atau instansi terkait yang melakukan pembinaan kepada para pelaku UMKM juga harus terus ikut membantu dari sisi pemasaran ini, karena majunya UMKM, merupakan juga tulang punggung majunya perekonomian Lebak, apalagi visi dan misi Lebak menitik beratkan pada majunya pariwisata dan ekonomi kreatif. Semoga UMKM dapat bangkit kembali. Aamiin.

Penulis: Dian Wahyudi
Anggota Fraksi PKS DPRD Lebak

Posting Komentar

0 Komentar