Semalam di Kereta (Bag. II)



Vira melirik jam di ponselnya. Masih ada sekitar 15 menit sebelum keretanya tiba. Ia menoleh ke arah Farah yang masih asik bercengkrama dengan ayahnya. Vira tersenyum tipis melihat dua insan yang sangat dicintainya itu begitu dekat & akrab.

Arif memang ayah & suami yang baik. Setiap kali berada bersama dengan keluarganya, tak pernah dilewatkan kesempatan itu untuk semakin mengeratkan ikatan hati keluarganya. Tak heran kalau Farah begitu dekat dengan ayahnya.

Vira sangat bersyukur memiliki suami sebaik Arif. Meski kemudian pernikahannya dengan Arif harus memiliki seorang anak yang down syndrome bertipe translokasi, satu-satunya tipe down syndrome yang dipengaruhi oleh faktor genetik orang tuanya. Entah ia ataukah Arif yang memiliki gen pembawanya, Vira tak tahu & sedikitpun tak ingin tahu.

Lamunan Vira lagi-lagi membawa ingatannya beberapa waktu yang lalu, saat Vira memperlihatkan hasil tes kromosom Farel pada terapis Farel. Vira masih ingat betapa terkejutnya sang terapis begitu mengetahui hasil tes kromosom Farel. Lebih terkejut lagi setelah mengetahui kalau Vira sedang mengandung adik Farel.

"Sesuai saran dokter genetik, sebaiknya mbak Vira & suami tes kromosom juga & melakukan konsultasi genetik dengan dokter," saran sang terapis.

"Bahkan kalau bisa, sebaiknya mbak Vira melakukan tes amniosentesis pada pekan ke-15 kehamilan," sambung sang terapis lagi.

"Tes amniosentesis? Untuk apa?," Tanya Vira tidak mengerti.

"Untuk mengetahui adanya kemungkinan kelainan genetik pada janin yang dikandung. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah adiknya Farel ini juga down syndrome atau tidak. Karena mbak Vira & suami beresiko memiliki anak yang down syndrome lagi," jelas terapis Farel.

"Owh.. begitu. Jika hasil tes amniosentesis adiknya Farel ini juga down syndrome, apa saya harus menggugurkan kandungan saya?," tanya Vira.

Terapis Farel menggeleng.

"Paling tidak, mbak Vira bisa mempersiapkan diri untuk memiliki anak yang down syndrome lagi," jawabnya.

Vira mengangguk tanda mengerti.

Namun ternyata Arif menentang apa yang dikatakan oleh terapis Farel.

"Aku gak setuju," respon Arif sangat tidak diduga oleh Vira. "Baik tes amniosentesis maupun tes kromosom kita berdua, sedikitpun aku tidak setuju. Setahuku tes amniosentesis itu memiliki banyak resiko. Selain itu, tes amniosentesis tidak akan merubah apapun yang Allah takdirkan untuk janin ini," ujar Arif.

"Tapi...., bukankah lebih baik mengetahui di awal agar kita lebih siap lagi jika ternyata bayi yang lahir down syndrome lagi?," sahut Vira.

Arif menatap Vira lekat-lekat.

"Kesiapan terbaik untuk anak kita adalah dengan semakin mendekatkan diri pada penciptanya. Karena hanya Dia yang menetapkan qada & qadar anak ini. Hanya Dia, Allah yang maha kuasa atas segala sesuatu. Dekatkanlah diri pada-Nya. Mintalah apa yang kamu harapkan & kamu inginkan. Sungguh, Dia maha pengasih lagi maha penyayang," jawab Arif tenang & lagi-lagi menyejukkan hati Vira yang dilanda gelisah oleh kehamilannya.

"Dan tes kromosom itu.., aku rasa juga gak perlu karena tidak akan memberikan maslahat untuk kita berdua," sambung Arif.

"Tidak akan memberikan maslahat bagaimana?," tanya Vira tidak mengerti.

"Coba bayangkan, jika kita berdua tes kromosom lalu kita mengetahui siapa yang menjadi gen pembawanya, pastilah akan menimbulkan luka batin di hati kita. Di satu sisi akan merasa bersalah, di sisi lain mungkin akan saling menyalahkan. Saat ini mungkin kita masih bisa menyangkalnya. Tapi ketika kita sudah mengetahuinya, rasa itu pastinya akan terselip di hati kita. Dan pastinya rasa itu akan merusak hubungan kita sebagai suami istri. Bahkan mungkin saja menghancurkan rumah tangga kita. Aku gak mau itu terjadi," Arif menjelaskan.

"Aku juga tidak berharap itu terjadi pada rumah tangga kita," Vira menggenggam tangan kanan Arif. Diletakkan kepalanya di atas bahu Arif. Sementara tangan kiri Arif merangkul Vira erat.

"Tes kromosom itu juga tidak akan merubah apapun. Justru hanya akan menyisakan rasa sakit & penyesalan di hati kita. Padahal kita tahu, rezeki, jodoh maut Allah yang mengaturnya. Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, tak lepas dari kuasa-Nya. Karenanya, jangan sampai kita menyalahkan apa yang telah menjadi qadha & qadar-Nya," ucap Arif.

"Siapa yang telah membawa gen down syndrome itu pada Farel, cukup hanya Allah yang tahu. Kita cukup tawakal saja menjalani setiap episode kehidupan yang telah digariskan oleh-Nya. Hadirnya Farel dengan segala keistimewaannya adalah anugerah indah dari Allah untuk kita yang harus kita jaga & cintai dengan segenap jiwa & raga."

"Ya, biarlah semua menjadi rahasia Illahi Rabbi," ucap Vira lirih. "Biar cinta ini tetap bersemi di hati kita & memberikan energinya untuk membesarkan buah hati kita."

Arif mengusap pundak Vira perlahan. Vira tersenyum meski matanya terasa basah & berkaca-kaca.

*****Bersambung*****

Cibinong, 6 Januari 2021

Ummu Forjannah Kids

Fisha Virlia


Cerita sebelumnya Semalam di Kereta

Posting Komentar

0 Komentar