[PUISI] P A N D E M I

 



P A N D E M I


Hari demi hari wahai Robbii


Mencabut nyawa bagimu seringan memetik cabai sekedar penyedap mie kuah instan


Batas hidup mati setipis kulit bawang yang mengering


Ambulans hilir mudik mengantar jenazah sirine melengking resah


Lahan Pemakaman baru hampir penuh nisan bertebaran menandai gundukan tanah basah yang berdesakan


Kuota kematian terus bertambah pemerintah  kota gundah


Bersifat mendesak lahan pemakaman baru harus segera dibuka


Tidak cukup satu bisa tiga atau bahkan lima


Lahan mana harus dibebaskan?


Sawah sudah habis untuk pabrik dan berbagi keperluan bisnis


Embung dan empang hilang diserbu pengembang untuk lahan perumahan


Sementara virus menuntut pemakaman jauh dari pemukiman menghindari efek penularan


Pandemi mengacau kehidupan sosial ekonomi memusingkan  penguasa mengaduk-aduk rasa seluruh manusia 


Dunia yang jumawa remuk oleh percikan makluk kecil tak kasat mata


Hari ke hari mengintai wabah bergerak tak tentu arah


Manusia hanya bisa pasrah menunggu takdir yang takkan tersanggah


Batas hidup mati tipis sekali setipis irisan hati


BksJan'21

Eko Jakasampurna

Posting Komentar

0 Komentar