Sebuah Kisah Lain di Dunia Politik Negeri Ini



Zico Alviandri

Bukankah politik itu identik dengan perebutan kekuasaan?

Benar, itu yang terjadi. Tapi harusnya bukan kepada teman seperjuangan yang satu tujuan, atau pembagian tugas yang bisa diselesaikan dengan musyawarah. Namun rebutlah dari pihak yang tak berpihak pada rakyat.

Bukanlah politik itu banyak trik bahkan tipu muslihat?

Benar. Tapi jangan pernah bermain intrik di tengah rekan seperjuangan. Yang berbagai masalah bisa dipecahkan dengan musyawarah. Tapi bermain intriklah menghadapi mereka yang culas menipu rakyat.

Bukanlah politik itu sikut menyikut orang sekitar?

Jangan lakukan itu di sekitar orang-orang tawadhu'. Tapi lakukanlah kepada yang ambisius dan penyikut rakyat demi membela cukong.

Bukankah dalam politik itu tak ada yang rela jabatannya dirampas?

Amanah itu menjadi beban berat di akhirat. Jangan diminta, kecuali musyawarah menunjuk dan menugaskan untuk memperjuangkan sebuah posisi. Jangan rela jabatan dirampas pengkhianat. Tapi legawalah bila rekan seperjuangan telah bersepakat.

Bukankah politik itu gaduh?

Gaduhlah meributkan setiap aturan yang meresahkan rakyat. Tapi di lingkungan yang tenang, yang terisi orang-orang tawadhu', malulah untuk membuat kerusuhan.

Bukankah politik itu ambisius?

Jadikanlah kemenangan Islam atau syahid ambisi utama di dadamu. Ambisi jabatan boleh saja bila ada maslahat. Namun rambu utama, tetap musyawarah di atas ambisi pribadi.

Bukankah politik itu kejam?

Yang kejam adalah watak manusia yang mewarnai politik, ekonomi, atau kehidupan sosial. Hadirlah dengan ketulusan, lalu berpolitiklah, berekonomilah, dan bersosialisasilah! Tawarkan alternatif politik yang tak kejam, namun sejuk tanpa pertengkaran.

Masih adakah harapan kepada pemain politik?

Berharaplah hanya kepada Allah. Namun jangan ingkari, masih banyak orang baik yang berkiprah di berbagai bidang - termasuk politik - yang perlu kita dukung.

Masih bisakah politisi dijadikan teladan?

Silakan memalingkan muka, malu melihat kelakuan mereka. Tapi ijinkan saya bercerita.

Kemarin ada hajatan di sebuah entitas politik. Tentang pergantian kepemimpinan tingkat atas. Yang biasanya di partai lain diwarnai kegaduhan.

Tapi di sana tidak. Tak ada kemarahan, tak ada ambisi meletup tak terkendali, tak ada kisruh apa-apa.

Malah yang diberi amanah sempat menangis dan meminta diserahkan kepada yang lain saja.

Tiap 5 tahun biasa seperti itu. Orang-orang tawadhu berkumpul dan bermusyawarah membagi tugas. Pergantian pimpinan lancar tak ada perlawanan. 

Dari pimpinan pusat sampai pimpinan ranting di tingkat kelurahan terbiasa dengan suasana begitu. Sering juga penunjukkan calon anggota dewan diwarnai saling tolak dan saling menyerahkan kepada yang dirasa lebih berhak.

Memang ada yang merasa tidak cocok dan akhirnya mental sendiri.

Itu terjadi di Partai Keadilan Sejahtera. Di internal mereka ada budaya malu perlihatkan nafsu. 

Tapi di eksternal, kepada para pesaing politik, mereka siap berebut kuasa untuk berlomba melayani masyarakat dan membenahi birokrasi.

Itu kisah yang bisa saya ceritakan kepada Anda. Tentang tabiat lain di dunia politik yang biasanya kejam, ambisius, sikut-sikutan, dan penuh kegaduhan, ada alternatifnya di negeri ini. Semoga sedikit memudarkan rasa apatis Anda.



Posting Komentar

0 Komentar