Minuman Keras: Pembuka Pintu-Pintu Kejahatan



Setelah membaca informasi tentang dilegalkannya investasi miras di Indonesia, pikiran saya mulai menerawang mencari bahan tulisan tentang minuman keras yang merupakan gerbang dari segala bentuk kejahatan. Teringat kisah tentang pemuda 'alim yang kemudian melakukan beberapa kejahatan hanya karena minum minuman keras. Segera jari saya mengetik di pencarian google tentang kisah tersebut dan alhasil saya menemukan beberapa tulisan yang isinya hampir sama, tetapi saya memilih koran ternama di negeri ini dan didalamnya terdapat tulisan dari mba Asma Nadia, seorang penulis terkenal di negeri ini. 


Saya mohon izin mengutip kisah dari tulisan mba Asma Nadia tertanggal 07 Juli 2013,

Kisah pemuda 'alim yang tidak pernah berbuat maksiat dalam hidupnya dan sangat rajin beribadah. Saking 'alimnya, sampai iblis juga penasaran dan mencari cara agar pemuda ini terjerumus dalam perbuatan dosa. 


Meluncurlah petualangan iblis dalam menggoda pemuda ini, dikirimkan seorang wanita cantik mengetuk pintu rumahnya. Pada saat pintu dibuka,  wanita cantik ini mengambil kuncinya lalu membuang keluar. Wanita ini lalu mengajukan 3 penawaran yang harus dipilih oleh sang pemuda. Jika sang pemuda tidak memilih, maka wanita ini mengancam akan berteriak dan menuduh pemuda telah melakukan tindakan asusila padanya. 


Pilihan pertama, si wanita cantik mengajak sang pemuda untuk berhubungan intim (baca : hubungan suami istri), tetapi pemuda tadi langsung menolaknya karena berzina adalah dosa besar. 

Pilihan kedua, wanita cantik tadi membawa seorang bayi tanpa ayah dan meminta sang pemuda tadi untuk membunuh makhluk kecil tadi, tetapi lagi-lagi permintaan ini ditolak karena membunuh juga adalah dosa. 

Pilihan ketiga, si pemuda diminta untuk meminum arak, sambil berpikir kalau permintaan ketiga ini sepertinya resikonya ringan saja, hanya merugikan diri sendiri dan tidak merugikan orang lain maka pemuda tadi memilih pilihan ketiga. 


Lalu sang pemuda pun minum arak seteguk, dua teguk sampai mabuk. Lalu dalam keadaan mabuk dan kehilangan kendali diri, pemuda tadi secara tidak sadar karena dalam pengaruh minuman arak justru berzina dengan wanita cantik itu.

Masih dalam keadaan mabuk, wanita cantik ini merayunya untuk membunuh bayi kecil tak berdosa tadi dan lagi-lagi pilihan kedua yang dari awal ditolak, namun dalam keadaan tidak sadar justru dia menghilangkan nyawa seorang anak manusia.

Ternyata dari pilihan ketiga yang dianggap ringan dosanya justru membuka pintu-pintu dosa yang lainnya. Astaghfirullah. 


Gambaran negara kita saat ini yang sedang kalut dan berada dititik kritis di tengah wabah pandemi, tidak serta merta menjadikan para pemangku kekuasaan dan para pemangku kebijakan bertaubat atas segala kelalaian dan ketidak mampuan mengelolah negara. Na'udzubillaahi min dzalik.


Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, seperti kehilangan arah karena kecerobohan dalam membuat keputusan, bahkan yang terbaru adalah melegalkan investasi miras. Padahal pemimpin negara ini adalah seorang muslim, didampingi oleh seorang ulama juga. 

Memperluas ruang kemaksiatan sama saja dengan membuka lebar keran adzab yang siap-siap Allah turunkan.

Hanya orang-orang yang memahami hal ini yang sangat takut akan murka Allah.


Jika mengambil pelajaran dari sang pemuda tadi, maka kita perlu mengetahui jebakan-jebakan iblis siap menunggu mangsanya masuk perangkap. Pemuda sholih dan baik sekalipun, tidak akan luput dari jebakan iblis. 

Lalu bagaimana jika minuman keras dilegalkan, di fasilitasi oleh negara kita saat ini yang masih penuh kebobrokan moral dimana-mana, kriminalitas yang tidak berkurang walaupun wabah covid merebak ? 

Papua pun ikut bersuara menentang investasi minuman keras, padahal mereka mayoritas non muslim disana. 

Lalu secara negara bagaimana ? 

Apakah masih mau menuduh kami yang menolak miras sebagai kaum yang radikal ?

Minuman keras justru bisa melahirkan generasi yang sangat radikal, lebih radikal daripada kami yang dituduh radikal karena menolak legalitas minuman keras. 


Santi Kaltim

Senin, 1 Maret 2021

Posting Komentar

0 Komentar