"Saya kena Covid 19, Tapi Ternyata Masih Ada Sejuta Alhamdulillah dan Banyak Hikmah"

 


Hari ini adalah hari ke 10 saya dirawat di RSUD Bantargebang Bekasi. Ini adalah catatan rasa syukur saya dan hikmah yang bisa saya ambil setelah sakit Covid 19.

1. Alhamdulillah

Alhamdulillah teman-teman yang kena covid terbuka menyampaikan hasil swabnya yang positif. Karena, setelah ada 3 orang dekat dinyatakan positif, maka saya segera check swab juga.

2. Alhamdulillah

Setelah mencoba swab mandiri ke RS Jatisampurna tidak bisa, karena harus booking dulu, kemudian setelah kontak Pak Ayon, malamnya akan difasilitasi di kantor PKS. Kamis 31 Des jam 20.00, bagi saya ini adalah swab yang ke 4. Sedangkan 3 swab sebelumnya masih dinyatakan negatif. Memang kondisi badan, malam itu sudah terasa tidak enak.

3. Alhamdulillah

Bang Iqbal di pagi hari Jumat, 1 Januari 2021 segera memberitahu hasil swab saya positif.  Langsung menata rumah untuk cari lokasi isolasi mandiri.

4. Alhamdulillah

Teman-teman segera menunjuk tim medis yang ditugaskan mendampingi saya. Alhamdulillah, karena background saya kesehatan, segera kontak dengan tim pendamping.

5. Alhamdulillah

Respon teman-teman bagus sekali. Dr Bagus japri memonitor kondisi, dr Zaky kontak, kasih list monitor kondisi tubuh kalau isoman,  dan beberapa sejawat medis lainnya. Saya masih sampaikan untuk memilih isoman, karena tidak ada gejala yang serius.

6. Alhamdulillah

Keputusan tim medis meminta saya dirawat saja. Ini karena faktor usia dan kemudahan untuk pengontrolan kondisi kesehatan.

7. Alhamdulillah 

Pak Iie dan dr Tomi Spesialis bedah segera koordinasi, saat keputusan saya siap dirawat. Tidak lama kemudian, setelah ashar ambulan sudah siap menjemput ke rumah. Awalnya saya berharap dirawat di RSUD Pondokgede, tetapi penuh.

7. Alhamdulillah

Saya segera mendapatkan tempat perawatan di RSUD Bantargebang. Disaat orang susah mendapatkan akses rawat inap Covid 19, saya dengan cepat sudah dapat tempat perawatan.
Pak Charles teman satu ruangan saya bercerita, ada teman dia yang sudah 2 hari antri ruang rawat inap. Rela rawat di UGD RS swasta terkemuka dengan posisi duduk di kursi roda, infus dan obat tetap diberikan, tetapi bed tidak ada yang kosong. Semua penuh. Beberapa hari sebelumnya, disaat kasus penambahan perhari 9 ribu, beredar video yang menjelaskan kenapa ruang rawat penuh.

8. Alhamdulillah

Ketika saya sampai RSUD Bantargebang, sempat tidak nyaman dengan kondisi RS nya. Habis dari UGD saya jalan kaki, menelusuri pinggir tembok dan naik tangga sampai lantai 3. Lantai sangat rusak. Itu menjadi kesan awal yang tidak bagus.
Namun Alhamdulillah, setelah hari ke 3 saya baru merasakan kenyamanan di RSUD Bantargebang.

Saya sangat bersyukur mendapatkan lokasi perawatan di sini. Kondisi di luar rumah sakit tempat posisi kamar saya banyak pohon, saya mendapatkan jendela yang langsung mendapatkan sinar matahari kalau pagi hari, serta posisi RSUD Bantargebang berdampingan dengan masjid besar. Masjid ini dengan speaker keras selalu mengingatkan jadwal shalat, serta ada bacaan tahrim selama 10 menit menjelang shalat subuh.

9. Alhamdulillah

Mendapatkan posisi sinyal atau jaringan komunikasi seluler yang bagus, sehingga tidak ada kendala saat video call dengan keluarga.

10. Alhamdulillah 

Kini giliran keluarga. Begitu saya dinyatakan positif, saya langsung kabar ke ketua RT. Semua anggota keluarga yang tinggal di rumah harus test swab PCR.


Saya tidak bisa membayangkan, karena ada cucu Qudsi yang cantik dan masih kecil dan anak saya special need Halim. Pasti ada kesulitan dalam pengambilan sampel dari hidung. Qodarallah, istri saya kontak semua bisa diambil swab, walaupun penuh dengan perjuangan.

11. Alhamdulillah

Super alhamdulillah yaitu, saat saya mendengarkan berita, bahwa hasil swab 7 orang anggota keluarga dinyatakan negatif. Setidaknya, jika saya terpapar pada 27 Desember saat acara Muswil maka ada 5 hari saya berinteraksi dengan mereka.

12. Alhamdulillah

Selama perawatan saya mendapatkan pelayanan yang bagus. Saya ingin mengucapkan banyak terimakasih ke tim perawat lantai 3 RSUD Bantargebang.

Dalam berinteraksi dengan petugas, Saya perkenalkan sebagai dosen kesehatan dan pernah juga kerja di rumah sakit. Sehingga hubungan sejawat medis menjadi lebih terbentuk.

Saya ingin memberikan apresiasi khusus untuk bidan Nur dan rekan kerjanya yang dalam kegelapan malam,  Minggu, 3 Januari 2021 jam 00.50 visitasi saya, pas malam itu jarum infus saya ada masalah dan dilepas ditengah malam. Makasih suster.

13. Alhamdulillah

Saat saya dirawat ternyata ada perawat yang sakit covid 19 dan dirawat juga. Awalnya saya dikagetkan, saat ada seorang remaja tidak pakai APD lengkap, dan melakukan pengukuran fisik standar, suhu badan, tensi, saturasi, dll. Saya kemudian mengenalnya sebagai perawat yang sakit covid juga, saya biasa memanggil dengan mbak Ika. Bahkan keluarga mbak Ika juga ada yang dirawat, yaitu ibu dan adiknya. Inilah resiko profesi medis di saat pandemi, pulang membawa penyakit untuk keluarga.


Selain Mbak Ika, juga ada suster Imma yang dirawat. Saat awal datang suster Imma belum dirawat, belakangan beliau dirawat dan sempat bersamaan saat dilakukan pemeriksaan X ray tharak di RSUD Pondokgede. Makasih  dan luar biasa, meskipun mbak Ika dan suster Imma sakit, masih membantu tim dalam bekerja.

14. Alhamdulillah 

Untuk membangun spirit agar cepat sembuh, saya selalu minta doa ke teman-teman semua. Saya bersyukur masih bisa silaturahmi dengan grup wa dan japri.

Doa mengalir dari teman teman di SDN Rejomulyo, SMPN 1 Madiun, Rophero SMAN 1 Madiun, serta dari teman teman saat kuliah di Radiologi, saat di FKM UI, teman-teman grup S2 KARS FKM UI, bahkan teman-teman kuliah di program doktor,  semua mendokan.

Juga teman-teman alumni TRO, kebetulan saya masih ditunjuk sebagai ketua ikatan alumni TRO, telah dibuat media komunikasi dengan grup wa dan telegram. Serta teman-teman radiografer lainnnya.


Saya juga minta doa teman-teman di PKS, jamaah masjid Al Muhajirin Komp Dosen Kemenkes yang saya tinggalkan. Maklum sebagai ketua masjid, banyak yang bertanya, dan ada 2 orang jamaah yang kena covid 19 juga. Pak Arif dan Pak Susilo.


Saya terus membuka diri secara aktif, lebih optimis untuk sembuh, dan saya tidak malu untuk minta doa, karena semakin banyak orang baik mendoakan, maka makin berkah.

Doa khusus juga mengalir dari sahabat dari Kuala Lumpur, Brisbane, Sydney, Melbourne dll
Jadi kalau ada yang sakit, jangan lupa terus minta doa. Silaturahmi akan memanjangkan usia dan menambah rejeki.

Bahkan ini terbukti cash, beberapa teman kemudian mengirim obat, seperti Dr. Jamal, orang yang pertama akrab saat di Melbourne, kirim obat aroma terapi. Dr Shinta, Nurse yang sharing penangan covid 19 di rumah dan kirim obat Habasy. Pak Yuwono sharing obat dan trik saat isoman.

15. Alhamdulillah

Saya yang paling bersyukur, karena fisik relatif sering olah raga, deteksi dini penyakit Covid yang lebih cepat dan penanganan lebih tepat.

Bagaimana saya tidak bersyukur, disaat saya dirawat pada hari ke 3, teman dosen yang terkena Covid 19 meninggal. Alm Ibu Mayarani, serta beberapa dosen juga masih dirawat karena Covid 19.

Di saat dirawat, saya mendengar teman dosen yang sakit covid 19 yang harus rujuk ke HCU ke rs yang lebih besar, serta antri untuk masuk Ruang ICU.

16. Alhamdulillah 

Dalam kondisi berbaring, saya tetap aktif buka HP, karena saya merasa OTG.
Dari tempat tidur saya blasting tulisan pendek, yaitu berita ada teman dosen minta rujukan ICU.
Dengan cepat, hitungan menit ada sekitar 4 orang mitra sejawat alumni radiografer menawarkan rumah sakit.

Alhamdulillah, sekalipun tangan diinfus dan berbaring di rs ternyata masih bisa menolong dan membuka akses informasi.

17. Alhamdulillah

Ini yang amazing sekali. Saat dirujuk untuk foto X ray ke RSUD Pondokgede, kebayang macet dan jauh.  Jarak RSUD Bantargebang ke RSUD Pondokgede saya check di google mapp 8,8 km.

Saya menyaksikan sesuatu yang luar biasa. Mungkin ini perlu ditulis khusus, karena membuat matahati saya terbuka.
Dalam kerumitan dan kemacetan jalan, hari jumat  pagi jam 10.00, wow padat merayap.
Selain sirine yang meraung. Baik saat ambulan berangkat dan pulang, selalu ada orang baik. Saya katakan relawan jalanan covid. Mereka memandu mobil ambulan untuk mendapat akses jalan. Memandu sampai lokasi, tanda kenal sebelumnya dengan petugas ambulans.


Subhanallah, Allah yang membuka hati dan  membuat orang beramal tanpa gaji, puji dan relasi. 


Apa yang terjadi, jarak waktu tempuh berangkat hanya 17 menit, saya lihat muncul pemandu setelah di pertigaan Jatiasih. Sedang pulang banya 15 menit. Saat pulang ada 2 orang relawan jalanan memandu, satunya sejak di pondok gede, satunya mulai muncul di Jatimakmur.

Saya teringat saat menjadi konsultan di ACT, saat merumuskan corporate value  THE LEADERS. Saya baru mengenal banyak jenis relawan. Sekarang saya melihat ada relawan jalanan yang amat sangat bermafaat.

18. Alhamdulillah

Saya bersyukur proses perawatan ini didampingi dr Desiana, spesialis pulmo. Dengan sabar menerima keluhan saya, menerima masukan saya, dan bisa berkomunikasi dengan istri saya. Makasih dokter Desiana, semoga berkah selalu amal profesinya.


Makasih juga dr Tomi dan dr Herman yang suka monitor kondisi kesehatan.

19. Alhamdulillah

Saya bersyukur dengan keluarga di rumah. Karena saya dinyatakan positif, mereka harus karantina mandiri selama sepekan. Saya minta doa khusus ke anak-anak, supaya membacakan istighfar untuk saya,

Saya jadi teringat, saat tetangga dan mitra dosen yang dulu sama-sama belajar di Amerika, Dr. Heru keluarganya yang pernah positif covid. Mereka karantina mandiri selama 14 hari di rumah. 


Mungkin rasa bosan,  dan mencari cari berbagai kegiatan, pinjam istilah dari Pak Kiki Brisne, killing the time. Tahan di rumah 14 hari lebih.

20. Alhamdulillah

Saya bersyukur infus di tangan ada ujung akhir waktunya. Hari sabtu 9 Januari 2021, saat dr Desiana visitasi, memutuskan untuk menyetop infus dan mengganti dengan obat oral.

Jadi hari ini adalah hari kemerdekaan bagi saya, bisa beraktivitas normal dan mandi.

Teramat banyak hikmah yang bisa saya ambil saat sakit ini. Beberapa kali saya menangis karena merasakan banyak keberkahan dari Allah diberikan kepada saya.

Juga kebahagian, saat tidur pernah bermimpi bertemu dengan ayah dan ibu. Mengingatkan banyak hal dalam sepanjang hidup mereka.

Juga saat saya menulis pengalaman ini, air mata saya berderai teringat orang tua saya. Rasa haru dan bangga, khususnya ibu saya  yang mengajari minum obat. Karena sejak kecil, saya paling susah minum obat. Inilah kebahagiaan dalam hidup saya.

Semoga  ini bukan air mata kesedihan, tetapi semoga menjadi air mata yang membuat imunitas saya meningkat. Karena rasa kedekatan saya kepada Allah dan semakin banyak memberikan doa kepada orang tua.
Inilah hikmah sakit, bisa banyak menangis karena Allah. Bukan karena derita sakit

Mari kita selalu bisa mengambil sisi positif di setiap kejadian, sehingga membuat mental spiritual kita lebih baik.


Sakit datangnya dari Allah, itu takdir. Jika kita bisa mengambil hikmah positifnya, bisa membantu proses penyembuhan dan menambah iman.

Hal lain,
Awalnya saya sendirian di kamar, hari ke 6  saya dipindah kamar, karena alasan agar ada kamar mandi di dalam kamar sendiri.


Dengan sekamar dengan pak Richard John  keturunan Gorontalo yang kerja di Garuda, maka hari-hari selanjutnya bisa banyak ngobrol. Hidup menjadi lebih hidup. Karena sejatinya, hidup saya akan lebih hidup kalau ketemu orang.
Ini hikmah dan syukur ada perubahan ruangan perawatan.

Semoga tulisan ini bermanfaat,
Semoga sakit yang kita hadapi, dapat membuat kita semakin kuat mental dan spiritual.
Jangan putus asa berikhtiar untuk mencari kesembuhan. Alhamdulillah, teramat banyak nikmat Allah yang  tidak bisa dihitung.

Ahad, 10 Januari 2021
RSUD. Bantargebang
Dr. Bambang.S. Wibowo, SKM. MARS. MM


Posting Komentar

0 Komentar