Bertahan dengan Nasi Kebuli di Tengah Pandemi


Pagi itu (24/01/2021) udara Kota Tangerang Selatan (Tangsel) masih dingin, maklum sejak semalam langit di Kota dengan tujuh kecamatan ini diguyur hujan. Seolah enggan berhenti, hujan masih menyisakan gerimis di pagi hari.

Cuaca yang tidak bersahabat tersebut tak membuat Budiyanto mengurungkan niatnya untuk menjajakan nasi kebuli hasil usahanya.

Ba'da Subuh, Budiyanto sudah mempersiapkan 50 porsi nasi kebuli dengan dibantu istri dan dua putrinya yang sudah beranjak dewasa. Sebelumnya, budi sudah memasukkan stand/ booth dan perabotan lainnya ke dalam mobil. Tak lupa dia membawa dua payung karena pagi itu gerimis belum juga reda.

Sekitar pukul 06.00 pagi, warga Kelurahan Jelupang, Serpong Utara, Kota Tangsel ini melaju menembus gerimis yang masih menggelanyuti. Dengan ditemani dua putrinya yang masih kuliah di kampus swasta Tangerang, dia menuju area Graha Raya, Pakujaya, Serpong Utara, lalu berhenti di jembatan tak jauh dari Perumahan Nusa Indah Loka, Graha Raya.

Sebenarnya lokasi yang dipilih Budi untuk berjualan itu jalur ramai yang biasa dilewati warga untuk berolahraga, baik yang bersepeda, lari pagi maupun sekedar jalan santai. Tapi pagi itu terlihat agak sepi, hanya lalu lalang kendaraan bermotor dan mobil. Mungkin warga yang biasa berolahraga memilih rebahan di rumah sambil menikmati gerimis yang mengundang hawa dingin.

Tapi bagi pria yang akrab disapa Budi ini, grimis itu bukan halangan, masa pandemi bukan alasan untuk bermalas-malasan. Setelah menurunkan perabotan dari mobil dengan kondisi masih gerimis, Budi menyiapkan stand lalu menata nasi kebuli di atas stand bertuliskan "Nasi Kebuli Bang Budi, Mulai dari Rp10.000."

"Ini hari kedua saya berjualan nasi kebuli," kata Budi sambil memegang payung biru bermotif.

Menurut pria yang aktif di Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, prospek usaha nasi kebuli cukup bagus di tengah tren keagamaan di Indonesia yang terus naik. "Apalagi saya jual nasi kebuli di bawah harga pasaran. Tentu saya optimistis banyak yang akan beli, " ujarnya mantap.

Walau harganya murah, pria yang diamanahi sebagai Ketua DPRa (dewan pengurus ranting) PKS Kelurahan Jelupang ini berusaha tetap menjaga cita rasa khas nasi kebuli. Jangan sampai karena harganya murah tapi kualitas rasanya turun. Apalagi ia sedang mencari pangsa pasar.

Mahbub, warga perumahan Nusa Indah Loka, Graha Raya, Pakujaya, Serpong Utara yang mencoba mencicipi nasi kebuli Bang Budi mengaku, nasi kebulinya sangat enak. Walau harganya murah, tidak mengurangi cita rasa khas nasi kebuli. "Harganya murah tapi rasanya sangat enak, rasanya nggak kalah sama yang di ruko-ruko," ujarnya.

Yap, Budi termasuk warga yang terdampak pandemi Corona. Sebelumnya, dia berprofesi sebagai driver online, sudah empat tahun dia menjalani profesi ini dengan riang gembira. Namun sejak pandemi covid melanda, pengguna jasanya menjadi sepi.

Tapi dia tak mau menyerah terhadap keadaan. Dia terus memutar otak agar bertahan ditengah situasi yang semakin sulit akibat pandemi.

"Saya cari peluang, dan kepikiran coba usaha nasi kebuli, " ungkapnya.

Ia mengawali usaha dengan modal Rp1 juta, uang tersebut ia gunakan untuk membeli stand/ booth dan modal awal nasi kebuli.

"Untuk sementara saya buka stand di tempat keramaian sambil mencari sewa tempat, juga melayani delivery, " ujarnya.

Yap, Budi merupakan salah satu dari ribuan orang yang terdampak pandemi, tapi tak mau menyerah oleh keadaan. Dia memilih bertahan dengan berjualan nasi kebuli demi buah hati.

Cipto
Relawan Literasi PKS Tangsel

Posting Komentar

0 Komentar