Caleg PKS, Sudah Dokter kok Masih Nyaleg?!


Siang ini rumahku kedatangan caleg PKS. Seorang perempuan muda dengan membawa tas besar berisi brosur dan pamflet. Katanya sedang program silaturahim warga sekaligus mau mensosialisasikan caleg-caleg PKS yang maju dalam Pemilu 2019 ini.

Warungku sedang sepi, jadi kuterima mereka dan kusilakan duduk di teras samping rumah yang berantakan. Yah, namanya lahan sempit, samping rumah sekaligus tempat keluargaku memelihara ayam.

Caleg PKS ini datang sendiri. Tidak ditemani siapa-siapa. Tidak seperti pejabat-pejabat yang pada umumnya rame-rame itu.

Setelah perkenalan singkat, Caleg Kabupaten ini mulai menjelaskan cara mencoblos, dan menjelaskan caleg Provinsi dan DPR RI.


"Beliau ini seorang dokter, Bu. Buka klinik di rumahnya bersama suami beliau yang juga dokter," jelasnya sambil menunjuk gambar seorang ibu-ibu yang kutaksir sudah bercucu.

"Dokter, kok, masih nyaleg yo, Mbak? Apa kurang duit," tanyaku lugu.

Duit. Jelas itu urusan besar bagiku. Di petak sempit ini, aku sekeluarga hidup dari warung makan sangat sederhana yang lebih sering sepi ketimbang ramainya. Lahan sebelah sudah menjelma hotel tinggi. Sebelahnya lagi sudah jadi mall besar. Entah berapa duit yang mereka raup dari bisnis mereka. Sementara warga di sini tetap hidup dalam gang-gang sempit. Menikmati limbah dan polusi.

Tentu, duit! Apalagi, sih, motivasi orang hidup. Cari jabatan. Punya kekuasaan. Pasti mau numpuk kekayaan. Duit!


"Bu, di PKS jabatan itu amanah. Seperti jabatan dokter, amanah untuk menolong orang. Menjadi dokter bisa menolong berapa pasien, Bu, dalam sehari?" dia balik bertanya.

"Yaa... banyak, Mbak. Kalau rame mungkin bisa puluhan," jawabku. 

"Nah, Bu, itu kalau beliau dokter buka praktek di rumah sendirian. Kalau beliau jadi pejabat atau anggota dewan, lalu membuat kebijakan untuk membuka 10 rumah sakit. Bisa mengobati berapa pasien, Bu?" tanyanya lagi.

"Wah, ratusan atau ribuan," jawabku takjub. 


"Ibu, ini bukan semata masalah mencari uang. Tapi bagaimana dengan menjadi pejabat untuk bisa menebar kemanfaatan. Leres?" tanyanya sambil tersenyum.

"Kalau jadi dokter pengabdiannya dengan menolong puluhan orang, dengan menjadi pejabat yang amanah bisa menolong ratusan bahkan ribuan orang. Itu kalau pejabat amanah, Bu. Doakan kami amanah, ya, Bu," ujarnya sambil tersenyum.

Aku manggut-manggut. "Berarti maju nyaleg bukan untuk menambah duit, ya, Mbak? Tapi menambah manfaat. Biar semakin banyak dirasakan masyarakat?" gumanku seperti pada diri sendiri.



Saat Caleg PKS itu pamitan, aku semakin menyadari bahwa jabatan itu sangat penting. Setidaknya bagi orang-orang yang peduli, dan tanggung jawab.

Kamtini
Reli Yogyakarta

Posting Komentar

0 Komentar