Di PKS Ada Rasa Apa Aja?



"Turun di Juanda mau ke Pamekasan, ketemu orang Bangkalan. "Gule PKS (saya PKS), Pak Presiden!” “Beuh, e Madure bede PKS kiya (Lho dl Madura ada PKS juga)?”aku tanya. “Bede (ada). PKS rasa NU!”"

Itu adalah kicauan Sudjiwo Tedjo di Twitter, yang ia post pada 23 Februari 2019 melalui akun @sudjiwotedjo. Cukup menarik kalimat orang yang diajak bicara "Presiden Jancukers" itu. "PKS rasa NU" katanya.

Lho, PKS itu makanan atau apa? Kok punya rasa segala? Emang ada rasa apa saja?

Memang banyak warga NU yang menjadi kader PKS. Sehingga "cita rasa" NU bisa mewarnai partai dakwah ini. Ada lomba baca kitab kuning, ada semangat melindungi santri dan kiai melalui wacana "RUU Perlindungan Ulama, Tokoh Agama, dan Simbol Agama" ( http://pks.id/content/janji-politik-pks-ruu-perlindungan-ulama-tokoh-agama-dan-simbol-agama ), dan ikut memperjuangkan RUU Pesantren ( http://pks.id/content/pks-janji-konsen-kawal-ruu-pesantren ). Itu adalah kiprah dari gelora darah nahdliyin.

Karena NU bukan soal tahlilan dan qunutan saja. Dalam tubuh partai, semangat "kaum sarungan" mengejawantah dalam aksi yang lebih strategis yang bermanfaat untuk umat.

Nahdliyin yang menjadi tokoh di PKS? Banyak. Ketua Majelis Syuro, pimpinan tertinggi di partai tersebut, adalah seorang Habib, Habib Salim Segaf Aljufri. Ada cucu pendiri NU (keturunan kelima), Abdul Hadi Wijaya, Sekretaris Umum DPW PKS Jawa Barat.

Dan karena mayoritas umat Islam di Indonesia adalah warga NU, maka saya yakin mayoritas anggota PKS juga nahdliyin. Dan mereka bukan sekedar ngaku-ngaku warga NU tanpa memberi kontribusi. Penulis kenal ada kader PKS yang menjadi anggota bahtsul masail di sebuah cabang NU.

Jadi, di ormas induknya, mereka juga berkiprah. Tapi untuk urusan politik, mereka cocok bersama partai berlambang bulan sabit kembar ini.

Namun disayangkan, ada pihak yang ingin membenturkan dua asset ummat tersebut. Motivasi mereka dari politis hingga karena ketidaktahuan. Ada yang melempar tuduhan keji bahwa PKS memusuhi NU, dan ada yang menelan fitnah tersebut begitu saja. Semoga Allah tunjukkan kebenaran bagi mereka.

Lalu ada rasa apalagi di PKS? Rasa Muhammadiyah? Tentu saja ada. Di Ranah Minang dan sekitarnya misalnya, tentu kader di sana memberi rasa PKS dengan rasa Muhammadiyah.

Semangat "berkemajuan" juga disalurkan kader PKS rasa Muhammadiyah dengan mendirikan lembaga pendidikan untuk masyarakat.

Rasa Persis juga ada di Jawa Barat.

Yang tak boleh ada, rasa aliran keagamaan yang sudah divonis sesat oleh MUI. Di luar itu, mari berbaur menghilangkan sekat perbedaan fiqh untuk mewarnai dunia politik Indonesia dengan dakwah Islam bersama PKS!

Oh iya... Kalau rasa yang dulu pernah ada? Ahsiyaaap.... Itu dipendam oleh orang-orang yang pernah membersamai PKS, namun kini memilih hengkang. Diam-diam, ada hasrat untuk kembali karena suasana dan lingkungan yang ngangenin dan memiliki ruh. Berbeda ketika berjalan sendiri atau bersama yang lain.

Untuk mereka, jangan malu dan segan untuk balik. Tahu kan arah jalan pulang? Luruskan niat, jadikan Allahu ghoyatuna, dan mantanmu selalu terbuka untuk dirimu.

Zico Alviandri

Posting Komentar

0 Komentar