Kangen Liqo'


By. Satria hadi lubis 

Jalan Anggrek Nelimurni, Slipi saat ini, sepertinya tak banyak berubah dibandingkan awal tahun 1991. Kalau malam, jalan di kawasan tersebut sepi.  Kalau pagi cukup macet, karena digunakan pengendara untuk menuju kawasan Jalan S Parman dan Tomang Raya.  

Tahun 1991, setiap pekan,  pada malam-malam yang disepakati saya naik bus,  turun di Halte RS Harapan Kita atau Halte Lapangan Tennis dan berjalan kaki menyusuri jalan tembus lorong sempit antara sekolah Muhamdiyah dengan perumahan warga untuk ikut liqo. 

Yaah..awal 1991,  saya adalah pengguna setia angkutan umum. Sepeda motor masih jadi barang mewah. Kalau pulang biasanya jalan kaki dari Jalan Anggrek Nelimurni,  ke arah pertigaan Kemanggisan, terus ke Jalan Olah Raga, terus lewat Pusri,  terus ke arah Taman Anggrek dan Tanjung Duren.
  
Tidak ada rasa capek dan letih saat itu, padahal pagi jam 8 sudah masuk kuliah ke Depok. Lalu sore hari nyambi kerjaan, lalu malam hari ikut tarbiyah (liqo'), dan pulang ke rumah sampai jam 11 malam. 

Bahagia. Ceria. Penuh semangat dan optimis menatap kebesaran asma Allah SWT. 

Tiap sabtu dan ahad selalu ke arah villa di puncak untuk dauroh. Tetap dengan naik bis umum. 

Hari berganti, dan waktu terus berjalan. Hampir tiada hari tanpa kalimat tarbiyah.  Buku yang dibaca adalah buku tarbiyah. Sesekali waktu melakukan bedah buku,  di antaranya karya Ustadz Abu Ridho.  Selain itu,  ada juga buku yang saya baru paham maknanya saat ini karya Ustadz Fathi Yakan. "Yang berguguran di Jalan Dakwah"

Ahhhh....  Sudah lama ternyata .. Sudah 27 tahun saya bersama Tarbiyah. 

Kenangan yang membahagiakan....

Pada era itu, belum ada satupun di dalam kelompok liqo' kami yang menikah, sehingga perbincangan soal menikah selalu menjadi topik menarik. 

Grup liqo' kami sangat beragam. Namun kami dapat dipertemukan dalam semangat ukhuwah Islamiyah. Subhanallah... 

Seiring berjalannya waktu...  ada anggota grup kami yang mulai menikah dan berkeluarga. Lalu diikuti oleh yang lain, menikah satu persatu. Tanpa pacaran. Hanya dengan ta'aruf yang dibantu oleh murobbi kami atau teman satu liqo'.

Syukurlah.. Masa itu sudah lewat. Sebagian kami tetap komitmen dalam tarbiyah, walau sudah ganti murobbi. Sebagian lagi sudah tidak lagi tarbiyah dengan berbagai alasan. Bahkan sudah tidak ada lagi kabarnya. Entah apa yang sedang dilakukan...

Syukur kehadirat Ilahi Robbi..  
Dari kawasan Jalan Anggrek Nelimurni itulah kami ditarbiyah dan digembeleng menjadi seperti sekarang.  
Kami disemangati untuk terus berkarya dan beramal.  
Kami membentuk LP***... Lembaga pelatihan yang cukup fenomenal saat itu.  Bayangkan.... lembaga amatiran tapi berani pasang iklan pelatihan di koran Republika.. Hebat.. Topp markotop.

Kami juga dipaksa menjadi penulis dan penerbit bulletin Jumat, Mis****.  Cetaknya di kota Bambu.  Hidup 7 tahun setelah itu tamat...hehe. Tapi itu pelajaran yang sangat hebat.  

Yaah... Itu perjalanan yang sudah lampau.. Lampau sekali... Masa lampau adalah masa yang bukan milik kami.  Sebagian kami sudah berbeda sekarang.. Sebagian masih serupa dan sebagian lagi tertatih tatih.

Namun Rumah di Jalan Anggrek Nelimurni itu masih tampak tetap sama sampai sekarang. Menjadi saksi dari kehadiran kami di jalan dakwah.

Ya Allah Ya Rabb....
Kami memohon dan bermunajat. Semoga Engkau tetap mengukuhkan kami dalam jalan dakwah ini bersama orang orang shalih,  rendah hati dan selalu ikhlas. 
Yaa muqolibal quluub,  tsabit qulub ala diinika. Aamin.

****

Tulisan di atas adalah tulisan seorang ikhwah yang mengenang perjalanan dakwahnya. 

Setiap ikhwah pasti memiliki kenangan manis yang sama seperti penulis di atas, dengan konteks yang berbeda-beda. Terutama kenangan manis ketika pertama kali bersentuhan dengan jalan dakwah. Ada pesona, semangat, keikhlasan, keceriaan dan gelora untuk berkhidmat demi Allah, Rasul dan jama'ah. 

Saya juga merasakan kenangan indah itu sampai sekarang. Antara lain, ketika tahun 1988 saya di ultimatum murobbi untuk segera punya binaan, untuk menangani halaqoh. Murobbi saya bilang, "Had... ente harus segera membina. Ente ane kasih waktu tiga bulan! Kalau kagak bisa...ente gak usah ngaji sama ane. Ngapain ane punya binaan mandul!" 

Perkataan murobbi saya yang orang betawi itu terasa sakit banget, tapi menyentuh dan menggerakkan. Sampai akhirnya, saya memaksa diri untuk membina dengan segala keterbatasan. Hanya modal PD saja tanpa ilmu. Walau akhirnya learning by doing. Dan lama kelamaan semakin "mahir" menangani liqo dgn segala persoalannya. Sampai akhirnya bisa nulis buku-buku tentang halaqoh.

Kenangan di jalan dakwah memang indah dan tak bisa dilupakan. Memutus masa lalu, apalagi masa lalu di jalan dakwah, merupakan kesalahan. 

Makanya saya heran dengan  segelintir ikhwah yang tanpa merasa bersalah keluar dari jama'ah untuk ikut organisasi arah baru atau bahkan tidak ngaji lagi sama sekali dalam sebuah amal jama'i. Bagaimana ia akan bernostalgia indah tentang masa lalunya di jalan dakwah ketika di surga kelak? Padahal nanti di surga, kerjaan kita banyak mengobrol, bernostalgia tentang masa lalu di dunia, termasuk masa lalu kita di jalan dakwah.

Maka bertahannya saya di jalan dakwah dan di dalam jamaah ini insya Allah, bukan hanya karena tentang komitmen saja, tapi juga demi MENJAGA KENANGAN MANIS di jalan dakwah yang akan saya perbincangkan berlama-lama di surga kelak bersama ikhwah-ikhwah kaum muslimin lainnya (Ya Allah...masukkan kami semua ke surga-mu kelak..😭).

Bertahannya kita di jalan tarbiyah dan dakwah ini adalah demi menjaga kisah happy ending perjalanan dakwah kita masing-masing.  

Kenangan ini belum tentu dimiliki oleh semua orang, sehingga beruntunglah mereka yang sudah pernah ini liqo' (tarbiyah). Mereka harus menjaga tarbiyah dan dakwah ini sampai mati. Dan jangan tinggalkan tarbiyah ini, apapun alasannya. Karena semua alasan adalah dusta, kecuali alasan hanya karena terpikat dengan perhiasan duniawi dan mengikuti hawa nafsu. Allah swt berfirman :

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas" (Q.s. al Kahfi ayat 18).

Wahai saudaraku....milikilah kenangan indah itu dengan terus berada di jalan dakwah dan tarbiyah ini.  

Allahu Akbar!!

Posting Komentar

0 Komentar