Lelaki Cahaya dari Tepian Toba


Rabu (12/12/18) kemarin adalah ujian bagi Desa Halado. Kampung kecil yang terletak di Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara itu dilanda musibah. Tak ada yang menyangka pukul 12 malam itu akan menjadi duka. 

Dari penuturan warga, peristiwa naas ini terjadi beruntun sejak pukul 22.00 WIB hingga tengah malam. Semula hanya seperti tanah longsor biasa. Namun tanpa diduga erosi yang mengikis tanah perbukitan tersebut terus menerus berlanjut. Tak kunjung berhenti. Akibatnya, tanah berlumpur yang bercampur bebatuan yang dihanyutkan oleh air deras tumpah hingga menimpa rumah-rumah penduduk. 

Menyaksikan tragedi ini, Sutan J. Marpaung tak tinggal diam. Tidak sanggup hatinya jika berpuas diri dengan sekadar melihat dan berdoa sambil harap-harap cemas. Bersama beberapa rekannya, lelaki sederhana yang juga merupakan Ketua DPC PKS Pintu Pohan Meranti itu berinisiatif menolong korban. 

Jarak 2,5 km dari rumah kediaman ditempuhnya segera. Berbekal alat berat dari salah salah satu perusahaan, mereka mulai mencari korban-korban yang tertimpa bangunan.

Saat beliau bersama rekan yang lain sedang mengevakuasi seorang anak yang tertimbun longsor, tiba-tiba longsor susulan datang dan menimbun alat berat yang sedang bekerja serta para relawan yang sedang mencari korban.   

“Ada ibu dan anak tertimpa beton. Lalu sutan dan relawan lain menyelamatkan ibu dan anak tersebut. Anak tersebut selamat namun ibunya sudah meninggal. Ketika proses itulah datang longsor susulan yang membuat Sutan terjatuh dan terbawa longsor hingga ke jurang” ujar Sahal, seorang saksi mata.

Diketahui, seorang rekannya yang juga merupakan Sekretaris DPC setempat ikut tertimbun longsoran saat melakukan evakuasi, namun dapat diselamatkan. Sementara Sutan saat ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia. Dia telah menepati janjiNya, berjumpa denganNya dengan cara terbaik yang diridhoiNya: dalam khidmat untuk saudara-saudaranya.

Menurut sahabat beliau, lelaki Batak ini memang dikenal aktif bermasyarakat di daerah yang penduduknya mayoritas beragama Kristen dan sebagiannya menganut kepercayaan Parmalim. 

Dia juga giat berdakwah melalui ormas Muhammadiyah dan Partai Keadilan Sejahtera. Tak hanya itu, beliau juga menjadi salah satu motor penggerak masjid di desanya. 

Pekerjaannya sehari-hari memang “hanya” membuka bengkel sepeda motor, tapi naluri kepahlawanan-nya betapa luar biasa yang kemudian ia tebus dengan menutup kisah dengan husnul khatimah. 

Lelaki muda ini meninggalkan seorang istri dan seorang putri berusia 2,5 tahun. Sungguh dari tepian Danau Toba, ia telah pancarkan cahaya keteladanan bagi kita. Bahwa di manapun kita berada, menolong sesama adalah DNA kita. 

Doa-doa tak henti dirapal kader dakwah mengiringi kepergiannya. Air mata berjatuhan mengenang sang muharrik yang dulu sama berjuang.

Selamat jalan, Akhi. Semoga kami bisa meneruskan perjuanganmu. Semoga Dia memberi tempat terbaik untukmu di sisiNya. Amin.

Abu Maryam

Posting Komentar

0 Komentar