Saat Harus Terluka di Jalan-Nya


....

Thawaf, mengelilingi Baitullah yang mulia, adalah salah satu ibadah yang utama.

Energi cinta kepada Allah membuat kita rela bergerak dalam kerumunan massa, berkeliling di tengah keramaian manusia.

Lihat, mereka orang salih semua. Mereka menunaikan ibadah karena ingin menggapai ridha-Nya. Bukankah pergerakan mereka mengitari Ka'bah selalu satu arah?

Ternyata bergerak bersama komunitas dakwah menghajatkan kedewasaan dan kematangan sikap. Karena hidup bersama orang-orang salih tidak berarti tanpa masalah. Walaupun sudah satu arah.

Kita berinteraksi dan berkomunikasi setiap hari --secara struktural maupun sosial--- berpeluang menimbulkan gesekan. Ada kalanya gesekan menimbulkan energi untuk bekerja, namun ada kalanya pula melahirkan luka.

Tidak setiap luka bersifat terbuka yang mudah diketahui dan dimengerti oleh orang lainnya. Banyak luka yang tersembunyi dan diam dalam keheningannya.

Bahkan ada luka yang teramat sangat rasa sakitnya, namun teriakan dan hentakan yang ditimbulkan sama sekali tidak terdengar suaranya.

Sadar atau tidak, suka atau tidak, ternyata kita bisa saling melukai. Atas nama kebijaksanaan dan kemaslahatan, bahkan. Atas nama cinta pula. Seperti saat kita bergesekan dalam thawaf karena banyaknya jama'ah yang berdesak-desakan.

Saat thawaf, mungkin saja secara tidak sengaja menabrak orang di depan kita. Atau menyenggol orang di samping kita hingga terjatuh yang membuatnya terluka.

Maka kita harus selalu berusaha mengikhlaskan dan merelakan atas setiap luka dan rasa sakit yang kita dapatkan dalam pergerakan. Karena hal itu munculnya tidak disengaja.

Namun juga harus selalu berusaha untuk tidak pernah sengaja menorehkan luka kepada siapapun yang berada di sekitar kita, akibat gesekan dalam pergerakan.

Sabar, karena kita diperintah untuk selalu bersabar. Bahkan ketika bersama orang-orang salih sekalipun. 

Washbir nafsaka ma'alladzina yad'una Rabbahum hil ghadati wal 'asyiyi yuriduna wajhah.

Jika merasa sakit dan terluka dalam bergerak bersama kafilah dakwah, ketahuilah bukan hanya antum dan saya yang pernah merasakannya. Kita semua pernah merasakan sakit dan luka.

Coba kumpulkan kader-kader dakwah. Minta kepada mereka untuk menceritakan tentang luka, kesedihan dan kekecewaan. Pasti semua fasih menceritakannya. Bahkan mungkin saling berlomba dalam "parade kasedihan dan kekecewaan".

Hal itu pertanda bahwa kita semua aktif bergerak bersama jama'ah. Karena semua bergerak ---walau sudah ke arah yang sama--- tetap dimungkinkan muncul gesekan yang bisa jadi terasa menyakitkan. Tanpa kita sengaja.

Maka jangan pernah berpikir untuk meninggalkan pergerakan. Karena di komunitas manapun kita berada, akan selalu ada rasa sakit dan luka. Itu adalah dinamika.

Wala ta'du 'ainaka 'anhum. Turidu zinatal hayatid dunya.

Jika mencari komunitas lain karena kecewa dengan orang-orang salih ini, lalu dengan siapa kita akan bergerak menggapai ridha-Nya?

Wala tuthi' man aghfalna qalbahu 'an dzikrina wat taba'a hawahu. Wa kana amruhu furutha.

Hendaknya kita terus bergerak bersama jama'ah. Karena di sinilah kita mendapatkan kenikmatan yang sebenarnya.

Dunia dan akhirat. Insyaallah.

@ PakCah
Pasarminggu 11 Nov 2015

Posting Komentar

0 Komentar