Sapto Waluyo


Sapto Waluyo. Nama ini punya rekam jejak panjang di dunia aktivis. Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI), Gerakan Rakyat Anti Korupsi (GeRAK) dan Jaringan Media Profetik adalah tiga lembaga yang pernah mencantumkan namanya. 

Sebagai aktivis anti korupsi, ia pernah berkeliling sejumlah kota di Indonesia dan melakukan pelatihan anti korupsi, pengalamannya ini pernah dibukukan dengan judul, “Islam and Problem of Corruption” dan diterbitkan di Malaysia pada tahun 2010.

Sapto juga kenyang pengalaman sebagai jurnalis nasional. Dari Gatra, Tempo hingga merintis Majalah Saksi. Capaian akademiknya juga menarik, lulus S1 dari Universitas Airlangga Surabaya, pascasarjana di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) Singapura dan saat ini sedang menyelesaikan studi doktoral di FISIP UI.

Pengalaman kerjanya setelah non aktif dari dunia jurnalistik, beliau menjadi staff ahli Menteri Pertanian SBY Jilid pertama Anton Apriantono lalu menjadi staff Menteri Sosial Habib Salim Segaf Al Jufri di periode kedua. Selain aktivitas itu, beliau juga dosen perguruan tinggi di Depok.

Dengan segala catatan diatas, maka saya cukup sumringah saat mengetahui namanya masuk jajaran Calon Anggota DPR RI dari PKS Daerah Pemilihan Kota Bekasi dan Kota Bogor. Rekam jejak sudah ditangan, tinggal menunggu pertemuan langsung, apakah catatan-catatan diatas kertas itu sesuai dengan kenyataan? Apakah Sapto Waluyo sesuai ekspektasi? Apakah perangainya juga seimbang dengan rekam jejak diatas?

Akhir Agustus 2018, seorang teman yang juga dosen di Universitas Indonesia memberikan profil dan nomor telepon Sapto Waluyo. Saya membaca dan membagikan profil itu kepada seorang kawan jurnalis. “Menarik nih, mantan wartawan!”

Setelah dimuat, besok harinya ia menghubungi saya. “Mang Enjang, Assalamu Alaikum. Salam kenal, saya Sapto Waluyo. Terimakasih sudah dibantu. JIka ada waktu ingin ngobrol.”

Lalu percakapan via Whatsapp terus mengalir, hingga di suatu pagi tanggal 28 September 2018, saya menyaksikan Kali Bekasi yang penuh dengan busa akibat pencemaran. Saya kirimkan kumpulan berita di media lokal maupun nasional yang membahas pencemaran di Kali Bekasi. Ia merespon!

Ia bercerita, masalah lingkungan itu menyangkut kualitas hidup warga. Untuk urusan sungai itu lintas instansi. Harus ada kolaborasi serius antar instansi. Kementerian PUPR, Kementerian Lingkungan Hidup, pemerintahan daerah serta peran aktif masyarakat. Sebagai langkah awal, ia mengusulkan ada diskusi-diskusi atau seminar mengenai lingkungan, agar warga masyarakat menjadi paham duduk persoalannya. Ide diskusi ini disambut teman-teman jurnalis di Bekasi. Mereka membuat acara diskusi terbatas bertema pengelolaan sampah.

*

Akhirnya saya ketemu langsung dengan Sapto Waluyo, Jumat sore, 12 Oktober 2018. Ada tiga pembicara dalam diskusi kecil-kecilan itu. Pembicara pertama dari Asosiasi Pelapak dan Pemulung Indonesia (APPI) Profesor Bagong Suyoto, yang kedua Aktivis Pemuda yang juga caleg DPRD Kota Bekasi Dapil Bekasi Timur-Bekasi Selatan Ahmad Dzulqarnain dan yang ketiga beliau sendiri, Sapto Waluyo.

*

Jumat sore itu, ia tidak datang sendirian tetapi ditemani setumpuk buku berjudul “Sahabat Sampah”. Buku kumpulan tulisan para pejuang sampah di Kota Depok.

Bagaimana kesan pertama bertemu dengannya?

Kurang indah saudara-saudara. Beliau datang terlambat! Saya yang sore itu mendadak jadi moderator cukup risau dibuatnya. Akhirnya acara dimulai tanpa kehadirannya dan beliau datang ketika diskusi telah memasuki babak pertengahan. :D

Diskusi selesai pas waktu maghrib. Saat itu kami sholat berjamaah di mushola yang merangkap gudang kafe itu. Nah, saat itulah saya merasakan aura kesederhanaan seorang Sapto Waluyo. Dari pakaian yang dikenakan, aksesoris dan juga gesturnya.

Selesai sholat, kami memesan makanan. Hanya saya berdua dengannya karena Ahmad Dzulqarnain sudah ada janji kegiatan lain. Insiden kecil terjadi antara kami dengan pelayan kafe. Pesan nasi goreng dua porsi namun yang datang hanya satu porsi. Ternyata stok nasinya habis dan mereka tak langsung menginformasikannya. Namun ia tidak marah dengan kondisi itu, saya dipersilakannya makan duluan lalu ia memesan menu lain.

Saat duduk berdua itu, saya melontarkan tanya, sudah berapa kali ia jadi caleg PKS?

Lalu ia menjawab, sudah jadi caleg PKS sejak Pemilu 1999 ketika partai dakwah ini masih bernama PK. “Sejak 99 jadi caleg. Alhamdulillah bisa membantu partai dapat kursi di DPR.”

Jadi, ia bercerita sudah jadi caleg PKS sejak tahun 1999, belum pernah lolos ke Senayan namun tetap berbahagia karena bisa membantu partai meraup suara dan mengantarkan kader yang lain berjuang di DPR. Sejak 1999 itu, Ia selalu ditempatkan di daerah pemilihan yang berat. Daerah yang kader dan pemilih PKS nya masih minim. Namun ia tak mempermasalahkan tugas berat itu.

“Sekali saja gak dapat kursi, waktu di Dapil Madura,” kenangnya.

Ia juga bercerita saat jadi wartawan di berbagai media terus diminta untuk membuat media sendiri. Saat bercerita soal dunia jurnalis itu, beliau teringat salah satu perintis partainya, budayawan sekaligus ulama Betawi Almarhum Ustadz Rahmat Abdullah.

“Jadi inget Almarhum Ustadz Rahmat. Nanti pengen ke Pondokgede. Ketemu anak-anaknya.”

Masih asyik ngobrol, namun sayang waktunya pendek. Ia juga harus segera pulang ke Depok. Ia bertanya terus jarak lokasi ke stasiun kereta. Saya jadi tahu kenapa ia datang terlambat. Ternyata ia naik kendaraan umum dan memilih rute yang terlalu panjang. 

“Tadi berangkat salah ya. Tadi naik mobil, harusnya naik kereta. Ini lebih dekat ke stasiun.”

Lalu ia memesan ojek online menuju stasiun Bekasi. 

*

Punya track record sebagai aktivis anti korupsi, jurnalis, pernah jadi staff ahli menteri, dosen. Terus sikapnya sederhana, pejuang sejati, responsif terhadap permasalahan di daerah pemilihan, mau mendengarkan yang lebih muda. Hai warga Bekasi dan Depok, ini profil yang cocok untuk menjadi wakil kita di DPR RI. 

Bismillah Pak Sapto Waluyo, semoga dimudahkan jalan.. 



Bekasi, 19 Oktober 2018

Enjang Anwar Sanusi




 https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10214665753490028&id=1008905955

Posting Komentar

0 Komentar