Air Mata Relawan PKS



(Dwi Yudo)

Jum'at pagi turun perintah dari Ops Room, atas permintaan Ketua Majelus Syuro PKS (Habib Salim Segaf Aljufri) . Tim korsad Jateng dan tim kepanduan lain diperintahkan bantu evakuasi jenazah beberapa kader yang masih terjebak reruntuhan bangunan.

Bakda Jum'atan kami meluncur dengan perlengkapan kerja kami. Tim Jateng ditunjuk sebagai leader karena dianggap lebih berpengalaman dalam evakuasi korban gempa.

Di lokasi pertama, perumahan Petobo ada istri kader dan anaknya yang belum terevakuasi. Sampai dilokasi kita evaluasi sebentar kondisi dan lain sebagainya.

Dan... akhirnya keputusan sulit itu pun terpaksa kami ambil. Genangan air menyulitkan kami mengetahui struktur bangunan yang runtuh, ditambah kondisi jasad yang sudah terendam 8 hari menambak risiko bagi rescuer.

Kondisi tersebut kami sampaikan ke penanggung jawab dan akhirnya, dengan menahan sesak di dada,  kami ambil keputusan yang berat.  Kami sekedar kuburkan jenazah dengan reruntuhan yang ada dilokasi, kemudian kami berdoa dilokasi dan kemudian balik kanan.

Hancur hati kami, tak terbendung air mata kami, seribu istighfar tak akan pernah menenangkan rasa bersalah ini. Maafkan kami Nak. Kami ternyata hanyalah orang bodoh dan lemah yang tak mampu menolong walau sekedar mengangkat dan menguburkan jasadmu dan umimu secara layak.. Maafkan kami.

Allahummaghfirlahu....  Maafkan kami Nak hafidz dan ummu hafidz.... Ternyata Allah sungguh sayang engkau dan hafalan qur'anmu. (Ketika mengetik ini air mata itu kembali lagi menetes untuk kedua kalinya)

Setelah sampai di posko, tim Jateng diminta kembali melihat lokasi kedua tempat salah seorang kader yang mengabdikan diri sebagai guru di sebuah SDIT yang juga belum terevakuasi. Lokasi di perumnas Balaroa.

Sampai di seputar lokasi kami optimistis bisa melakukan evakuasi, begitu masuk ke lokasi rumah, kembali pil pahit yang harus kami telan, dua kali kami telah pulang sebagai serdadu yang kalah perang, bahkan sebelum perang itu dimulai. Kesulitan yang sama kami dapatkan dilokasi sebelumnya. Astaghfirullah..... Kami memang kecil dan lemah ya Allah 😭

Lepas Maghrib kabar menyedihkan kembali saya dapatkan. Diberanda fb saya muncul postingan dari Dean William.

Seorang relawan firefighter dan rescuer dari USA, dan sebagai relawan saya tahu betul kemampuan dari beliau yang sudah tersertifikasi. Dia dan teman-temannya harus pulang karena pemerintah tidak mengijinkan relawan dari luar untuk bergabung.

Entah politis atau bukan, sangatlah lucu dan aneh menolak apa yang sudah pemerintah minta. Sak karepmu lah pak pemerintah.

Apapun yang terjadi secara pribadi saya berterima kasih kepada seluruh relawan yang telah turun di Palu. Walau kadang asa tak bertemu dengan realita.

Salam kemanusian tanpa batas.

Posting Komentar

0 Komentar