Tata Cara Puasa Sunnah Muharram Sesuai Contoh Rasulullah


Pernahkah mendengar istilah Puasa 'Asyura'? Bagaimana dengan istilah Puasa Sunnah Muharram? Keduanya adalah hal yang sama karena puasa sunnah muharram dilakukan pada tanggal 10 Muharram, dimana bahasa arab dari 10 adalah 'asyura'. Puasa ini adalah salah satu puasa sunnah yang ditekankan oleh Rasul, seperti disampaikan dalam hadist berikut ini :

Hadist keutamaan Puasa Sunnah Muharram

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ...

“… Dan puasa di hari ‘Asyura’ saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan (dosa) setahun yang lalu.” (HR Muslim no. 1162/2746)

Ternyata puasa ‘Asyura’ (Puasa sunnah Muharram) adalah puasa yang telah dikenal oleh orang-orang Quraisy sebelum datangnya Rasulullah.

‘Aisyah radhiallahu ‘anha berkata:

كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ ، وَكَانَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَصُومُهُ فَلَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ صَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَه

“Dulu hari ‘Asyura, orang-orang Quraisy mempuasainya di masa Jahiliyah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mempuasainya. Ketika beliau pindah ke Madinah, beliau mempuasainya dan menyuruh orang-orang untuk berpuasa. Ketika diwajibkan puasa Ramadhan, beliau meninggalkan puasa ‘Asyura’. Barang siapa yang ingin, maka silakan berpuasa. Barang siapa yang tidak ingin, maka silakan meninggalkannya.” (HR. Al-Bukhari no. 2002)

Tata Cara Puasa Sunnah Muharram

Rasulullah kemudian mengetahui bahwa puasa pada tanggal 10 Muharram menyerupai kebiasaan Yahudi dan Nasrani yang mengkultuskan tanggal tersebut. Beliaupun berkeinginan untuk di tahun berikutnya berpuasa di tanggal 9 Muharram juga,

 عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ – رضى الله عنهما – يَقُولُ: حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ, قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- : فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ. قَالَ: فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya dia berkata, “ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berpuasa di hari ‘Asyura’ dan memerintahkan manusia untuk berpuasa, para sahabat pun berkata, ‘Ya Rasulullah! Sesungguhnya hari ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata, ‘Apabila tahun depan -insya Allah- kita akan berpuasa dengan tanggal 9 (Muharram).’ Belum sempat tahun depan tersebut datang, ternyata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal.” (HR Muslim no. 1134/2666)

Ada pula ulama yang berpendapat disunnahkannya berpuasa pada tanggal 11 Muharram. Di antara mereka ada yang berdalil dengan hadits Ibnu ‘Abbas berikut:

 صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ ، صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا

“Berpuasalah kalian pada hari ‘Asyura’ dan selisihilah orang-orang Yahudi. Berpuasalah sebelumnya atau berpuasalah setelahnya satu hari.” (HR Ahmad no. 2153, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra no. 8189 dan yang lainnya. Syaikh Syu’aib dan Syaikh Al-Albani menghukumi hadits ini lemah)

Lalu apakah puasa pada tanggal 11 Muharram berarti bid'ah? 

Meskipun sanad hadist tersebut lemah, bukan berarti jika seseorang berpuasa tanggal 11 Muharram hal tersebut terlarang. Karena puasa tanggal 11 Muharram masih dalam rangka puasa sunnah di bulan Muharram sebagaimana disunnahkannya puasa di bulan-bulan harram .

Terdapat pula alasan lain yang menguatkan, yakni jika berpuasa pada tanggal 11 Muharram dan 9 Muharram, akan dapat menghilangkan keraguan tentang bertepatan atau tidakkah hari puasanya dengan hari ‘Asyura' (10 Muharram). Hal tersebut karena adanya kekhawatiran terkait tepat atau tidak penentuan dimulainya bulan Muharram.

Sekian terkait tata cara puasa sunnah muharram sesuai contoh Rasulullah, semoga bermanfaat.

Wallahua'lam.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. punten, klo bisa blog pks ketika mengutip hadis tidak usah mencantumkan "dishahihkan Albani". terlalu kentara disebut wahabi. padahal wahabi juga ga koperatis dengan pks,,,

    BalasHapus