Rezeki Allah yang Memberi, Kita Harus Mencari


Oleh Ustadz Cahyadi Takariawan
Rejeki itu pemberian Allah. Karunia dan anugrah dariNya. Namun manusia wajib berusaha untuk mendapatkannya, karena rejeki tidak akan datang begitu saja.
Pagi ini saya hendak terbang ke Jogja melalui bandara Halim Perdanakusumah Jakarta. Dari sebuah gedung di kawasan Duren Tiga saya memikirkan cara menuju Bandara Halim Perdanakusumah.
Pertama saya memesan taxi online melalui aplikasi android. Langsung terpajang harga Rp 28.000. Sambil duduk di dalam gedung, saya pun memesannya.
Namun cukup lama menunggu, ternyata taxi online tidak segera mendapat driver. Mungkin karena jam sibuk.
Saya berjalan keluar gedung, di halaman bertemu taxi plat hitam, yang menawarkan jasa antar. Sang sopir mematok harga Rp. 150.000 untuk mengantar ke bandara. Hah? Lima kali lipat !
Saya tinggal begitu saja taxi tersebut tanpa menawar. Berjalan ke depan gedung, bertemu deretan taxi argo G. Saya langsung masuk dan meminta diantar ke bandara Halim.
Dengan taxi argo tersebut, sesampai di bandara, ternyata biayanya Rp. 36.450. Saya bayar cash, tentu lebih sedikit, karena sulit untuk membayar dengan uang pas sejumlah itu.
Nah, di satu sisi, kita yakin Allah yang mengatur dan memberi rejeki kepada hambaNya. Siapa yang menggerakkan hati saya untuk memilih satu jenis armada untuk membawa ke bandara? Tentu saja : Allah.
Namun di sisi lain, manusia harus mengusahakan agar layak mendapat rejeki dari Allah dengan cara dan manajemen sebaik-baiknya.
Tiga jenis taxi pagi ini adalah contoh usaha manusia mendapatkan rejeki.
Pertama usaha online. Dengan sistem online, customer sangat banyak mendapat kemudahan dan keuntungan. Mudah, murah dan terpercaya. Harganya pasti, tanpa tawar menawar lagi.
Kedua, usaha offline mandiri. Membawa mobil pribadi mencari penumpang, menentukan harga semau sendiri, tanpa patokan yang jelas. Harganya jelas sejak awal, bisa tawar menawar.
Tentu customer zaman now akan mudah mengatakan harga tersebut sangat mahal, karena banyak bandingannya.
Pelaku usaha seperti ini harus memikirkan daya saing, menemukan sisi keunggulan kompetitif agar bisa bertahan dan bersaing. Jika tidak, akan tergilas oleh kerasnya persaingan usaha.
Ketiga, usaha offline bersama. Sopir taxi argo yang pagi ini mengantar saya ke bandara, berada dalam naungan perusahaan G. Mereka berusaha bersama-sama dalam manajemen perusahaan.
Harga tidak jelas, karena baru diketahui ketika suda sampai di tujuan. Namun nama perusahaan bisa menjadi jaminan kepercayaan customer.
Pelaku usaha seperti ini juga harus selalu update dengan kondisi terkini, karena zaman terus berubah. Semua pelaku usaha harus terus menerus melakukan inovasi agar tidak ditinggalkan customer.
Jadi, anda akan pilih taxi yang mana? Apa alasan anda?
Nah jawaban anda ini sangat penting bagi para pelaku usaha taxi baik online maupun offline.
Selamat pagi sahabat semua. Selamat berkarya.
Perjalanan Duren Tiga - Halim Perdanakusumah
13 April 2018

Posting Komentar

0 Komentar