#2019GantiPresiden vs #Jokowi2Periode dalam Perspektif Drone Emprit



Oleh Ismail Fahmi

Lagi ramai dibahas soal kaos dan dua hashtag pada judul di atas. Ada yang bilang kalau hashtag #2019GantiPresiden merupakan anti tesis dari hashtag #Jokowi2Periode yang sudah terlebih dahulu dipromosikan. Opini lain bilang kalau #2019GantiPresiden hanyalah gerakan dari segelintir orang, emosional, dan tidak jelas maunya apa karena tidak dijelaskan siapa penggantinya.

Dan yang paling epic adalah komentar dari presiden sendiri tentang kaos #2019GantiPresiden, yang mempertanyakan apakah kaos bisa mengganti presiden :-)

Allright, bagaimana Drone Emprit memandang tik-tak kedua hashtag ini?

DATA

Drone Emprit menggunakan kedua hashtags, #2019GantiPresiden dan #Jokowi2Periode. Data didapat sejak 1 April hingga sekarang. Selama periode ini, didapat 110 ribu mention di Twitter tentang hashtag #2019GantiPresiden, dan hanya 18 ribu mention untuk #Jokowi2Periode.

JOKOWI TOP PROMOTER #2019GantiPresiden

Dari tren volume percakapan, kita lihat pada tanggal 8 April, total mention harian hashtag ini meningkat sangat pesat sekitar 300%. Sebelumnya maksimal 7 ribu per hari, menjadi 37 ribu pada tanggal ini. Siapa top promoter dari kenaikan ini?

Dari grafik trend, kita bisa telusuri percakapan di media online. Pada tanggal 7 April, sehari sebelumnya, diberitakan bahwa Presiden Jokowi menyindir hashtag #2019GantiPresiden: "Masa kaus bisa ganti presiden?" Dan butuh kira2 setengah hari untuk mendapatkan response masif dari warganet. Pada hari berikutnya, hashtag ini mencapai puncak popularitasnya.

HASHTAG #Jokowi2Periode BELUM DIGENJOT?

Agak jauh sebelum hashtag #2019GantiPresiden, wacana yang banyak berkembang adalah: tidak ada calon presiden lain yang mumpuni, hanya Jokowi yang sanggup. Sehingga, berbagai survey dan wacana yang dibangun adalah tentang "siapa calon wapres" yang pantas. Bersamaan dengan itu, wacana #Jokowi2Periode yang paling dominan berkembang.

Namun, dalam periode monitoring Drone Emprit, volume percakapan #Jokowi2Periode sepertinya kurang atau belum digenjot oleh para promotornya. Hashtag lain seperti #T3tapJokowi juga tidak terlalu ramai. Para promotor yang biasanya muncul dalam cluster pro pemerintah tidak muncul di sini.

Dibandingkan dengan volume percakapan untuk #2019GantiPresiden, bedanya jauh sekali. Apakah kerena belum digenjot dan ada narasi lain yang sedang digarap? Mungkin saja. Suatu saat nanti akan naik tinggi dengan dukungan penuh.

SNA: SIAPA PENDUKUNG #2019GantiPresiden?

Apakah benar hashtag ini hanya kerjaan segelintir orang? Kita lihat peta SNA yang ditampilkan Drone Emprit untuk hashtag ini. Dari peta ini kita lihat, hanya ada satu cluster yang sangat besar, dan sangat keciiil cluster yang kontra.

Cluster besar dan dominan itu berisi para promotor lengkap alias full team yang selama ini muncul dalam cluster MCA. Twit-twit mereka diretweet oleh sesama mereka, juga oleh follower yang kebanyakan polanya seperti akun asli, bukan robot. Hal ini bisa dilihat dalam profile relasi opinion leader dalam grafik SNA.

Selain artikel dari Kumparan dan Detik.com, cluster tersebut juga banyak menyebarkan artikel dari portal bikinan sendiri seperti portal islam. Isinya berupa berita tentang pidato Jokowi, response terhadap pidato itu, juga bagaimana kaos dengan hashtag ini banyak dibuat dan diperjualbelikan di portal ecommerce.

Dalam cluster ini, politikus PKS Mardani Ali Sera mengajak bikin gerakan #2019GantiPresiden pada 5 April. Dia ajak agar netizen fokus pada topik ini. Di sisi lain, presiden PKS Sohibul Iman mencoba melunakkan hashtag ini dengan argumen realistis bahwa saat ini belum ada paslon alternatif dan petahana masih sangat kuat.

Khumaini membantah bahwa gerakan ini tidak didukung oleh rakyat. Dia tunjukkan bukti sebuah lapak yang menjual kaos ini sedang ramai diserbu oleh pembeli. Mereka rela merogoh kocek, dan bukan sekedar menerima kaos drop-dropan dari pusat.

Cluster yang kontra hashtag ini sangat kecil. Hanya ada beberapa opinion leader di sana. Rustamibrahim mengritik hashtag #2019GantiPresiden ini, dan sebaliknya menyerang PKS dengan #2019GantiPKS. Namun ajakan dia bagi yang setuju dengan gagasan ini kurang mendapat banyak retweet (hanya 536), dibandingkan twit Mustafa Nahra yang mendapat 1898 retweet untuk sindiran ke aparat bahwa admin group WA #2019GantiPresiden akan ditangkap seperti halnya kasus Saracen dan MCA.

SNA: SIAPA PENDUKUNG #Jokowi2Periode?

Sekarang kita lihat SNA untuk percakapan #Jokowi2Periode. Dengan jumlah percakapan yang relatif lebih sedikit, kita lihat ada 2 cluster. Cluster yang kontra cukup aktif retweetnya, meski opinion leadernya tdak sebanyak dalam percakapan tentang #2019GantiPresiden. Cluster yang pro opinion leadernya tak terlalu terkenal, dan mereka yang biasanya aktif dalam cluster pemerintah tak muncul di sini.

Satu yang muncul yaitu @PartaiSocmed. Akun ini unik. Dia cenderung dalam cluster pro pemerintah. Namun dalam peta SNA, dia berada di antara kedua cluster. Artinya, twitnya ternyata juga diretweet oleh netizen yang berada dalam cluster kontra.

Mengapa demikian? Ternyata twitnya yang mengandung hashtag #Jokowi2Periode berisi kritikan kepada para pendukung Jokowi. Dia bilang, mainan hestek ini sampai berbusa-busa tidak akan berdampak jika di lapangan premium masih langka. Dia sadar, tak semua pemilih Jokowi main sosmed. Ini adalah self-critics yang membangun, dan diaminkan oleh mereka yang kontra.

Apakah karena ini juga hashtag #Jokowi2Periode tidak terlalu ramai, karena mereka sadar itu ndak akan terdengar sampai di telinga para pemiliih Jokowi?

PERANG HASHTAG

Dalam peta hashtag yang dibandingkan antara kedua data, kita temukan hal menarik. Untuk percakapan tentang #Jokowi2Periode, hashtag berikutnya yang paling populer adalah #2019GantiPresiden, yaitu anti-tesisnya sendiri. Sedangkan untuk percakapan tentang #2019GantiPresiden, hashtag berikutnya yang paling populer adalah #2019PresidenBaru; baru yang ketiga adalah #Jokowi2Periode.

Dalam perang hashtag ini, tampaknya pendukung #2019GantiPresiden sangat menguasai percakapan dalam media sosial.

CLOSING

Kita sudah lihat bagaiman perang hashtag dan kaos ini. Jika ini adalah gambaran dari tensi politik menjelang pilpres, semoga ini menjadi jalur penyaluran yang positif dan kreatif. Dari pada perang narasi topiknya tajam dan sensitif, perang melalui hashtag dan kaos saya rasa lebih ringan mudharatnya.

Bahkan saya lihat ada sisi positifnya. Masing-masing mengeluarkan kreatifitas dalam membuat kaos, desain, dll. Penyampaikan aspirasi dan kritik akhirnya tidak berupa turun ke jalan. Tetapi melalui produk seni yang kreatif. Para desainer dan pendagang kaos juga mendapat manfaat ekonomi yang lumayan. Itu pandangan Drone Emprit dari sisi kreatifitas dan ekonomi.

Dari sisi demokrasi, saya lihat gerakan gagasan melalui hashtag #2019GantiPresiden ini memiliki makna positif bagi proses demokrasi. Sangat tidak lucu jika pilpres hanya ada satu calon dan satu kotak kosong. Seolah bangsa ini begitu ekonomis dalam hal kepemimpinan nasional dan gagasan dalam membangun bangsa. Tidak ada tokoh lain yang pantas untuk diajukan.

Pernah dalam sebuah masa ketika pemilihan ketua IA ITB, ada seorang anak muda yang belum banyak relasi dan pengalamannya dibanding alumni lain, dia nekat mencalonkan diri. Meski tahu tak akan terpilih, dia tetap maju. Keberanian patut diacungi jempol, karena itu memperlihatkan bahwa banyak potensi dari alumni, bukan hanya satu, meski masih muda.

Saya lihat gerakan ini arahnya ke sana. Untuk menyakinkan bangsa bahwa kita ini bangsa besar, yang punya stok calon pemimpin. Meski sekarang belum kelihatan, namun narasi dan gagasan ini akan membangun keyakinan pada calon-calon tersebut, juga pada rakyat bahwa kita tidak ekonomis dalam intelektualitas, leadership, managemen, dan keberanian.

Masak ndak ada yang berani, dan kalah sama anak muda ITB itu?

sumber: https://www.facebook.com/ismailfahmibdg/posts/10157272780316729

Posting Komentar

0 Komentar