Tifatul Sembiring: Kharisma Prima Putra Sumatera




Di antara seluruh presiden PK/PKS, mungkin Tifatul Sembiring lah yang memiliki kharisma dan pesona paling besar. Badannya tinggi besar, bicaranya tegas berwibawa, mimik mukanya selalu senyum tapi menyiratkan keseriusan. Wallahu a'lam, mungkin diantara sebabnya karena darah pejuang yang mengalir didalam dirinya. Betul, Tifatul Sembiring adalah putra seorang pejuang.

Sewaktu Syarifudin Prawiranegara mendapatkan mandat dari Presiden Soekarno untuk membentuk Pemerintah Darurat di Bukittinggi Sumatra Barat, Ibundanya Tifatul Sembiring lah yang mengurusi bagian logistik dan bertindak menjadi tukang masaknya.

Ada beberapa hal yang sangat lekat dengan sosok Tifatul Sembiring. Pertama, wajahnya yang selalu tersenyum. Namun, senyumnya memang sangat khas dan berbeda dengan senyum kebanyakan orang, karena bercampur dengan mimik muka yang serius. Jika Presiden Soeharto dikenal masyarakat internasional dengan predikat The Smiling General, maka julukan yang sama bisa kita sematkan pada sosok Tifatul Sembiring.

Jika dibalik senyuman Soeharto tersimpan segudang prestasi, seperti Serangan Umum 1 Maret, penumpasan G30S/PKI, swasembada pangan, pengendalian jumlah penduduk dll. Maka dibalik senyuman Tifatul Sembiring juga menyimpan sejumlah prestasi seperti lonjakan pencapaian suara PKS yang sangat masif di Sumatra (DD1) hingga ketegasannya untuk siap berada diluar sistem kepada pemerintahan SBY, saat daftar susunan mentrinya mulai condong pro IMF.

Kedua, politisi yang sangat lihai berpantun. Jika sebagian politisi dan pejabat publik senang dengan olahraga, seni dan musik, maka Tifatul Sembiring mengekspresikan dirinya dengan pantun. Dirinya sangat lekat dengan untaian pantun yang ringan, segar, menghibur, lugas dan bernas. Pantun demi pantun beliau berikan, baik untuk membuka dan menutup pidato hingga untuk menjawab pertanyaan.

Hobi berpantun beliau ekspresikan secara vulgar baik dihadapan kader, pejabat publik hingga para wartawan. Hebatnya, dia merangkainya secara spontan. Ya tidak perlu heran, karena beliau memang berasal dari melayu, tanah air para pujangga. Jika dulu banyak ulama yang ahli bersyair seperti Imam Syafi'i dan Ibnu Taimiyah, maka sekarang sungguh sangat jarang ada politisi yang ahli berpantun.

Ketiga, data. Sewaktu kepemimpinan beliau, kami tengah diamanahi dijajaran sekretariat DPW PKS Jateng. Kami merasakan betul bahwa urusan data menjadi salah satu konsen yang sangat ditekankan. Dari akurasi, validasi hingga verifikasi dilapangan. Bahkan, sebagian asatidz yang biasanya rapat membawa mushaf dan kitab, berubah jadi membawa kalkulator demi menghadirkan data yang handal. Situasi seperti adalah pemandangan yang jamak kami lihat diera Tifatul Sembiring, sedangkan diera sebelum dan sesudah beliau hanya terjadi dalam momen - momen khusus jelang pilkada dan pemilu. Dalam hati kami berguman "Saat ini kita benar - benar tengah dipimpin oleh ahli teknik yang berfikir secara mekanik".

Diluar segala kharismanya yang mempesona, Tifatul Sembiring adalah pribadi yang sederhana. Saat berkunjung ke daerah atau meninjau lokasi bencana, beliau lebih sering tidur dimasjid ketimbang dihotel. Beliau juga tidak sungkan untuk meminta maaf, baik kepada publik, kader, kolega maupun sahabatnya jika dirasa melakukan ucapan dan tindakan yang salah atau kurang berkenan.

Beliau melakukannya dengan tulus kepada Presiden Jokowi (kontroversi doa) hingga Fahri Hamzah (sindiran). Komitmen keislamannya juga ditunjukkan secara tegas, yakni dengan kebijakan penutupan terhadap situs - situs porno saat dirinya menjabat sebagai Menkominfo.

Eko Jun

Posting Komentar

1 Komentar