Batu Malin Kundang



Oleh: Irwan Prayitno*

Pada 9 Januari 2018 lalu saya menyempatkan diri berkunjung ke kawasan wisata Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis. Saya menuju Pantai Air Manis melalui jalan baru dengan pemandangan indah yang baru saja selesai dibangun oleh Pemko Padang. Jalurnya melewati Jembatan Siti Nurbaya arah ke Gunung Padang kemudian menuju Pantai Air Manis. Saya mengapresiasi Pemko Padang atas usahanya dalam membangun jalan ini.

Jalan baru ini akan menambah jalur wisata yang bisa dinikmati pengendara sepanjang jalan yang berhadapan dengan pemandangan laut yang indah. Semoga jalan baru ini bisa meningkatkan kunjungan wisatawan ke Batu Malin Kundang dan Pantai Air Manis serta juga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tiba di Pantai Air Manis saya langsung menggunakan kendaraan ATV untuk menyusuri Pantai Air Manis dan menuju Batu Malin Kundang. Terkait Pantai Air Manis dan Batu Malin Kundang ini, saya sudah sering menerima masukan dari berbagai elemen masyarakat agar bisa dilakukan pembenahan-pembenahan sehingga wisatawan bisa lebih menikmati suasana wisata di sana.

Untuk hal ini saya dalam berbagai kesempatan juga telah menyampaikan keluhan masyarakat tersebut kepada Pemko Padang yang memegang otoritas kawasan tersebut. Saya mengapresiasi berbagai usaha yang telah dilakukan Pemko Padang dalam membenahi kawasan wisata. Terutama pendekatan yang dialogis sehingga masyarakat pun lebih nyaman diajak berkomunikasi dengan pendekatan manusiawi. Semoga pendekatan tersebut membawa kebaikan bersama.

Batu Malin Kundang sebagai sebuah destinasi wisata jika dijadikan sebagai tempat rekreasi semata mungkin sudah biasa bagi banyak orang. Terutama sebagai tempat untuk berswafoto yang kini menjadi sebuah tren. Namun jika Batu Malin Kundang dijadikan sebagai wisata edukasi bagi keluarga, terutama anak-anak dan juga generasi muda mungkin akan lain ceritanya.

Di berbagai tempat wisata, ada cerita-cerita yang berkembang di masyarakat terkait tempat tersebut. Misalnya cerita Sangkuriang yang terkait dengan Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat, cerita Bandung Bondowoso yang terkait dengan cerita Candi Prambanan atau Candi Roro Jongrang di Jawa Tengah.

Cerita Malin Kundang adalah cerita tentang perilaku anak yang durhaka kepada ibunya sehingga ia menjadi batu. Cerita ini mengajak kita sebagai anak untuk menghormati orangtua, terutama ibu. Di Minangkabau, wanita sangat dihormati. Sistem matrilineal adalah sebuah bukti nyata. Dan ada bundo kanduang yang menjadi panutan bagi masyarakat.

Saat ini, di berbagai berita media kita bisa membaca berbagai kasus kejahatan terhadap kaum perempuan, di antaranya kejahatan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, bullying, dan lainnya. Berbagai kasus kejahatan yang dilakukan oleh para lelaki kepada kaum perempuan itu menjadi semacam pelajaran bahwasanya kemuliaan seorang lelaki justru ketika ia menghargai kaum perempuan. Baik kepada ibu, istri, anak, kerabat, tetangga, rekan kerja, dan lainnya. 

Islam muncul di jazirah Arab dalam rangka memuliakan kaum perempuan. Maka, kita yang sudah berislam saat ini sudah seharusnya berusaha di lingkungan terdekatnya untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap kaum perempuan.

Dalam Alquran Allah SWT berfirman bahwa kaum lelaki adalah pemimpin untuk kaum perempuan. “Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita disebabkan Allah telah melebihkan sebagian mereka (kaum lelaki) di atas sebagian yang lain (kaum wanita) dan disebabkan kaum lelaki telah membelanjakan sebagian dari harta mereka. (QS. An Nisa: 34)

Maka sudah seharusnya kaum lelaki ini menyadari peran mereka tersebut. Kaum lelaki memang memiliki kelebihan dalam hal kekuatan tenaga. Namun kekuatan itu bukan untuk melakukan kejahatan terhadap kaum perempuan, tapi untuk melindungi kaum perempuan, baik ibunya, istrinya, anaknya, kerabatnya dan lain-lain. Serta menjadi teladan dan juga memberi pertolongan terhadap kesulitan yang dihadapi kaum perempuan. 

Dalam sebuah hadis diperlihatkan bagaimana seorang anak mesti berlaku kepada ibunya. “Dari Abu Hurairah r.a beliau berkata “Seseorang datang kepada Rasulullah saw dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi saw menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi saw menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi saw menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548) 

Semoga Keberadaan Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis bisa menjadi destinasi wisata edukasi yang juga menyenangkan bagi pengunjung, serta bisa menjadi pengingat bagi anak-anak di ranah Minang dan lainnya agar senantiasa menghormati ibunya dan kaum perempuan. Adat budaya Minang dan ajaran Islam, keduanya mengajarkan penghormatan kepada ibu, kaum perempuan.

Marilah kita sosialisasikan kembali di lingkungan terdekat kita tentang pentingnya menghormati ibu (orangtua) dan kaum perempuan. Seorang penulis buku bahkan menjelaskan bahwa dengan memuliakan ibu dan istri, seorang lelaki justru akan bertambah rezekinya dan sukses hidupnya.

*Kader PKS yang kini menjabat sebagai Gubernur Sumatera Barat

Posting Komentar

0 Komentar